Mekanisme Resistensi Tanaman Terhadap Serangga Hama
Mekanisme Resistensi Tanaman Terhadap Serangga Hama - Ada empat strategi dasar yang digunakan tanaman sebagai mekanisme pertahanan dirinya untuk mengurangi kerusakan akibat serangan serangga herbivor, yaitu:
1) escape atau menghindari serangan serangga berdasarkan waktu atau tempat, misalnya tumbuh pada tempat yang tidak mudah diakses oleh herbivor atau menghasilkan bahan kimia penolak herbivor (repellen),
2) tanaman toleran terhadap herbivor dengan cara mengalihkan herbivor untuk makan bagian yang tidak penting bagi tanaman atau mengembangkan kemampuan untuk melakukan penyembuhan dari kerusakan akibat serangan herbivor,
3) tanaman menarik datangnya musuh alami bagi herbivor yang dapat melindungi tanaman tersebut dari serangan herbivor, dan terakhir
4) tanaman melindungi dirinya sendiri secara konfrontasi menggunakan mekanisme pertahan kimia atau mekanik, seperti menghasilkan toksin yang dapat membunuh herbivor atau dapat mengurangi kemampuan herbovir untuk mencerna tanaman itu yang sering disebut dengan antibiosis (Painter, 1951).
Oleh karena itu suatu varietas tanaman dapat disebut tahan apabila : (1) memiliki sifat-sifat yang memungkinkan tanaman itu menghindar, atau pulih kembali dari serangan hama pada keadaan yang akan mengakibatkan kerusakan pada varietas lain yang tidak tahan, (2) memiliki sifat-sifat genetik yang dapat mengurangi tingkat kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama, (3) memiliki sekumpulan sifat yang dapat diwariskan, yang dapat mengurangi kemungkinan hama untuk menggunakan tanaman tersebut sebagai inang, atau (4) mampu menghasilkan produk yang lebih banyak dan lebih baik dibandingkan dengan varietas lain pada tingkat populasi hama yang sama (Sumarno, 1992).
Painter (1951) membagi mekanisme resistensi tanaman terhadap serangga hama ke dalam 3 bentuk, yaitu:
a). Ketidaksukaan (non preferences) yang kemudian oleh Kogan dan Ortman (1978), istilah tersebut diganti dengan antixenotis atau menolak kehadiran serangga pada tanaman. Bentuk mekanisme resistensi antixenotis dibagi dalam dua kelompok, yaitu: antixenotis kimiawi, menolak kerana adanya senyawa allelokimia, misalnya kumbang mentimun Diabratica undecimpuntata menyenangi mentimun yang memiliki kandungan kukurbitasin (suatu zat atraktan dan penggairah makanan) dan antixenotis fisik, menolak karena adanya struktur atau morfologik tanaman, misalnya Conomorpha cramerella tidak menyukai meletakkan telurnya pada buah kakao yang licin (halus) jika dibandingkan dengan buah kakao yang kasar.
b). Antibiotis yaitu semua pengaruh fisiologis pada serangga yang merugikan dan bersifat sementara atau yang tetap, yang merupakan akibat dari serangga yang makan dan mencerna jaringan atau cairan tanaman tertentu. Gejala-gejala akibat antibiotis pada serangga diantaranya, adalah: kematian larva atau pradewasa, pengurangan laju pertumbuhan, peningkatan mortalitas pupa, ketidakberhasilan dewasa keluar dari pupa, imago tidak normal dan fekunditas serta fertilitas rendah, masa hidup serangga berkurang, terjadi malformasi morfologik, kegagalan mengumpulkan cadangan makanan dan kegagalan hibernasi, perilaku gelisah dan abnormalitas lainnya. Menurut Kogan dan Ortman (1978) gejala-gejala abnormal tersebut terjadi diakibatkan oleh beberapa hal, antara lain: adanya metabolit toksik pada jaringan tanaman seperti alkaloid, glukosid dan quinon, tidak ada atau kurang tersedianya unsur nutrisi utama bagi serangga, ketidakseimbangan perbandingan unsur-unsur nutrisi yang tersedia, adanya antimetabolit yang menghalangi ketersediaan beberapa unsur nutrisi bagi serangga, dan adanya enzim-enzim yang mampu menghalangi proses pencernaan makanan dan pemanfaatan unsur nutrisi oleh serangga. Contoh beberapa kasus antibiotis, antara lain: kandungan gosipol pada untuk ketahanan Heliothis, pengurangan kadar asparagin pada varietas yang tahan terhadap wereng coklat padi, kandungan DIMBOA (glucoside) pada jagung untuk ketahanan terhadap penggerek batang jagung (Ostrinia sp).
c). Toleran yang merupakan respon tanaman terhadap serangga, sehingga beberapa ahli tidak memasukannya dalam ketahanan. Beberapa faktor yang mengakibatkan tanaman toleran terhadap serangan hama, adalah: kekuatan tanaman secara umum, pertumbuhan kembali jaringan tanaman yang rusak, ketegaran batang dan ketahanan terhadap rebah, produksi cabang tambahan, pemanfaatan lebih efisien oleh serangga dan kompensasi lateral oleh tanaman tetangganya. Misalnya , tanaman jagung yang memiliki volume perakaran yang lebih besar lebih tahan terhadap kumbang akar jagung Diabrotica virgifera .
Artikel Mekanisme Resistensi Tanaman Terhadap Serangga Hama ini dibuat berdasarkan referensi dari materi bahan kuliah saya, semoga dapat menambah wawasan anda.
Artikel Mekanisme Resistensi Tanaman Terhadap Serangga Hama ini dibuat berdasarkan referensi dari materi bahan kuliah saya, semoga dapat menambah wawasan anda.