Keren !!! Ini Dia Negara Pertama Di Luar Angkasa, Kira-Kira Seperti Apa Ya ?
Keren !!! Ini Dia Negara Pertama Di Luar Angkasa, Kira-Kira Seperti Apa Ya ? - Negara baru telah terbentuk. Namanya, Asgardia -- mirip nama kota mistis di langit yang dikuasai Dewa Odin dalam mitologi Nordik (Norse). Menariknya, letaknya bukan di Bumi, melainkan di angkasa.
Asgardia, yang diklaim sebagai 'negara pertama di angkasa', didirikan oleh sekelompok ilmuwan, insinyur, pebisnis, dan para pengacara. Salah satu tujuan nasionalnya adalah menjadi 'pelindung Bumi'.
"Asgardia akan menjadi sebuah tempat di orbit yang benar-benar 'tak bertuan'," demikian tertera di situs resmi 'negara' tersebut. Baca: Kehidupan Ekonomi, Politik, dan Sosial Budaya Kerajaan Gowa Tallo
"Untuk kali pertamanya dalam sejarah, negara baru diciptakan, bukan di Bumi, tapi di langit." Semacam, 'Negeri di Atas Awan'.
Asgardia mengklaim sebagai prototipe masyarakat yang bebas dan tidak terikat, yang menjunjung tinggi pengetahuan, kecerdasan, ilmu sebagai inti. Juga mengakui nilai luhur dari setiap manusia.
Dikutip dari Sciencemag.com pada Jumat (14/10/2016), Asgardia digagas oleh Igor Ashurbeyli, ilmuwan angkasa sekaligus insinyur Rusia yang pada 2013 lalu mendirikan Aerospace International Research Center (AIRC) di Wina, Austria. AIRC paling dikenal sebagai penerbit jurnal Room.
Dalam jumpa pers di Paris pada Rabu 12 Oktober 2016, Ashurbeyli mengatakan, "Unsur ilmiah dan teknologis proyek ini bisa dijelaskan dalam 3 kata, yaitu perdamaian, akses, dan perlindungan."
Bagi para penggemar film "Thor" mungkin nama ini sudah tidak asing lagi. Dalam film tersebut, Asgardia (Asgard) adalah sebuah dunia fiksi yang merupakan ibu kota negri tempat Thor berasal. Namun, nama ini tidak akan menjadi cerita fiksi lagi. Saat ini sekelompok ilmuwan internasional sedang menggagas Asgardia untuk menjadi sebuah negara independen di luar angkasa.
Dilansir laman Space.com, pemimpin proyek Asgardia telah mengadakan konferensi pers di Paris, Rabu (12/10/2016) untuk membahas bakal negara baru di luar angkasa. Mereka akan meluncurkan satelit pertama Asgardia pada tahun 2017 mendatang. Nantinya tempat ini akan menjadi stasiun ruang angkasa yang akan dihuni 150 juta penduduk bumi.
Asgardia, berasal dari kata Asgard yaitu rumah para dewa Norse (dalam mitologi Nordik).
Menurut Igor Ashurbeyli, pemimpin serta pendiri proyek Asgardia, akan dipilih 100 ribu orang yang akan tinggal di negara ini melalui website asgardia.space. Dalam situs tersebut, saat baru pertama dipublikasikan, jumlah orang yang mendaftar sudah mencapai lebih dari 84 ribu.
Calon warga negara yang akan tinggal di Asgardia harus memenuhi persyaratan hukum, misalnya mereka berasal dari negara yang mengijinkan warganya memiliki lebih dari satu kewarganegaraan.
Asgardia memang belum resmi menjadi sebuah negara karena perlu melalui beberapa proses untuk diakui oleh PBB.
Tim proyek Asgardia menyebutkan, satelit ini akan melindungi bumi dari asteroid, badai matahari dan puing-puing ruang angkasa yang bisa menembus atmosfer. Kelompok ini tidak memberikan rincian pendanaan. Yang jelas, untuk menjadi warga baru tidak ada pungutan biaya untuk berkontribusi dalam peluncuran satelit pertama pada 18 bulan mendatang.
Menurut situs web resmi Asgardia, tidak ada biaya yang dimintai setiap orang di Bumi yang ingin mengganti kewarganegaraannya menjadi warga negara Asgardia. Asgardia mengklaim sebagai prototipe masyarakat yang bebas dan tidak terikat, yang menjunjung tinggi pengetahuan, kecerdasan, ilmu sebagai inti. Juga mengakui nilai luhur dari setiap manusia.
Juru bicara proyek Asgardia, Timothy Wild menolak mengungkapkan berapa jumlah peneliti dan pakar yang terlibat dalam proyek ini, namun dia memastikan misi ini bukan main-main ataupun omong kosong belaka.
Sebagai sebuah entitas negara, Asgardia juga sedang mencari ide dan masukan untuk bendera, lambang negara sampai 149u kebangsaannya. "Asgardia melayani seluruh umat manusia yang ingin terlepas dari kesejahteraan pribadi dan kemakmuran negara di mana mereka dilahirkan," ujar Ashurbeyli.
Ketua Komite Ilmu Antariksa UNESCO itu menyatakan, manusia yang ingin berpindah ke Asgardia, punya misi khusus yakni mendorong perdamaian dunia, dan melindungi Bumi dari asteroid 'nakal' serta puing-puing di luar angkasa.
Menanggapi ambisi tersebut, pakar luar angkasa, Joanne Irene Gabrynowicz berpendapat, tidak mudah untuk Asgardia bakal diakui sebagai sebuah negara. "Di bawah hukum internasional, ada kriteria khusus untuk suatu entitas untuk diakui sebagai sebuah bangsa. Yakni harus memiliki wilayah dan populasi, dan diakui sebagai bangsa oleh bangsa lain. Hanya menyatakan bahwa bangsa ada itu tidak cukup," katanya.
Diketahui untuk konteks antariksa selama ini ada traktat yang menegaskan tidak boleh entitas negara mana pun yang bisa mengklaim wilayah di antariksa. Profesor Sa'id Mosteshar, Director dari London Institute of Space Policy and Law juga ragu bahwa Asgardia akan diakui sebagai negara di bawah peraturan internasional.
"Traktat Luar Angkasa... yang diterima oleh semua orang menyebutkan bahwa tidak ada bagian dari luar angkasa yang boleh diklaim sebagai bagian dari sebuah negara," kata Mosteshar. Selain itu, mengingat Asgardia tidak akan memiliki wilayah yang dapat mengatur dirinya sendiri dan para "warganya" tetap ada di Bumi, maka kemungkinan ia akan diakui sebagai negara akan kecil.
Berikut juga 4 fakta menarik soal Asgardia:
1. Anda Bisa Jadi Warga Negaranya
Meski mengaku sebagai negara, Asgardia belum memiliki bendera, 149u kebangsaan, atau lambang resmi. Pembuatan perangkat itu masih dalam proses, dalam tahap kompetisi.
Juga belum jelas mengenai jenis pemerintahannya, apakah demokratis, kerajaan, atau yang lainnya -- seperti digariskan dalam 'konstitusi' Asgardia.
Sementara, untuk warga negaranya, negara baru tersebut mengundang semua orang untuk bergabung. "Semua manusia hidup di Bumi bisa jadi warga negara Asgardia," demikian tertera dalam situs resmi.
Para pendaftar diminta mengisi formulir yang terdiri atas nama, alamat email, negara asal, dan pernyataan sudah berusia 18 tahun. Rincian soal kewarganegaraan kemudian akan dikirim ke alamat surat elektronik.
Hingga Jumat malam, 14 Oktober 2016, jumlah pendaftar mencapai 175.770. ""Hanya 40 jam setelah aku mengumumkan lahirnya sebuah negara baru Asgardia, sebanyak 100 ribu orang dari lebih dari 200 negara di dunia telah mendaftarkan diri," kata Igor Ashurbeyli.
"Kami terus melanjutkan proses registrasi, hingga tercapai target 1 juta orang. Tak lama lagi, kita akan menjadi anggota PBB.
Asgardia belum diakui satu negara manapun di dunia ataupun oleh PBB.
2. Tujuan Nasional: Jadi Perisai Bumi
Tujuan utama Asgardia adalah menciptakan 'pelindung' yang membentengi Bumi dari ancaman kosmis, seperti asteroid, badai matahari, maupun puing-puing angkasa yang rentang menembus atmosfer.
Gagasan itu sungguh ideal. Sebab, hingga saat ini, lembaga antariksa paling top dunia belum mengetahui bagaimana mencegah satelit mereka bertabrakan, apalagi menghentikan sebuah batu angkasa menabrak Bumi.
Satelit pertama Asgardia kabarnya akan diluncurkan dalam 18 bulan. Kelompok tersebut belum menguak soal pendanaan.
Ashurbeyli, yang juga pengusaha, diyakini menyediakan sejumlah besar modal untuk meluncurkan proyek tersebut. Belum jelas dari mana dana besar untuk mempertahankan misi yang pastinya tak murah itu bakal datang.
"Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan sebuah platform legal untuk menjamin perlindungan pada Bumi dan menyediakan akses teknologi antariksa bagi mereka yang belum punya akses saat ini," kata Ashurbeyli kepada Guardian.
Masalahnya, karena belum punya wilayah untuk peluncuran wahana angkasa, belum jelas caranya bisa mengirim satelit tanpa berada di bawah kendali suatu negara sebagaimana termaktub
dalam Perjanjian Angkasa Luar.
3. Wilayah Fisik
Saat ini, Asgardia masih angan-angan. Ia belum punya wilayah teritorial. Sang pendiri, Igor Ashurbeyli mengatakan, secara teoritis, penduduk Bumi bisa menjadi warga 'negeri di atas awan' itu tanpa harus meninggalkan rumah. Cukup mendaftar dengan perantaraan internet.
Setidaknya, menurut dia, warga negara Asgardia belum bisa tinggal di atas satelit yang mengorbit.
"Secara fisik, warga negara Asgardia akan berada di Bumi. Mereka tinggal menyebar di berbagai negara di Bumi," kata Ashurbeyli seperti dikutip dari News.com.au. "Mereka bisa jadi warga suatu negara (sungguhan) dan pada saat bersamaan jadi WN Asgardia."
Sementara itu, direktur Institute of Air and Space Law di McGill University Kanada, yang terlibat dalam proyek itu, mengatakan, pada akhirnya manusia bisa tinggal di Asgardia.
"Kami akan memulai dari yang kecil dan akhirnya orang akan pergi ke sana, bekerja, dan membentuk aturan dan regulasi," kata dia.
4. Sengketa Hukum
Selain dana dan teknologi untuk mewujudkan Asgardia, masalah lain yang jadi batu sandungan adalah soal hukum.
Perjanjian Angkasa Luar PBB mengatur, angkasa adalah milik manusia dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk seluruh umat. Tak ada satu pihak pun yang bisa mengklaim Bulan, Matahari, dan objek langit lainnya.
Perjanjian juga memberi tugas kepada bangsa-bangsa dalam hal pengawasan kegiatan angkasa -- baik melalui badan pemerintah, perusahaan komersial, ataupun organisasi nirlaba.
Suatu negara kemudian bertanggungjawab atas kerusakan apapun yang mungkin saja disebabkan peluncur maupun satelit, baik di angkasa maupun di manapun di Bumi.
Profesor Sa'id Mosteshar, Direktur London Institute of Space Policy and Law meragukan Asgardia bisa diakui sesuai hukum internasional.
"Perjanjian Angkasa Luar, yang diterima siapapun, mengatur dengan jelas bahwa tak ada satu bagian pun di angkasa luar yang bisa diklaim sebuah negara," kata dia.
Mengingat Asgardia tidak punya wilayah teritorial, sementara 'warga negaranya' masih berada di Bumi, peluang untuk diakui sebagai negara, menurut Mosteshar, sangat kecil.
Persoalan lain adalah masalah kewarganegaraan.
"Warga Asgardia akhirnya akan mendapatkan paspor," kata Lena de Winne, anggota senior dari tim proyek yang bekerja untuk Badan Antariksa Eropa selama 15 tahun.
"Sulit untuk membayangkan sebuah konsep di mana seseorang bisa jadi warga negara di wilayah yang tak mungkin dipijak," kata dia kepada BBC.
Terkait permasalahan hukum, Dr Ashurbeiyli mengatakan, ia akan menciptakan sebuah "realitas hukum baru di angkasa".
"Melalui penciptaan negara baru di angkasa maka, badan swasta, lembaga inovasi, dan pengembang lanjutan teknologi angkasa tang mendukung kemanusiaan -- akan berkembang bebas dari batasan ketat kendali negara sekarang ini."
Artikel Keren !!! Ini Dia Negara Pertama Di Luar Angkasa, Kira-Kira Seperti Apa Ya ? dibuat berdasarkan referensi dari berita Liputan6.com, jika artkel ini menambah wawasan kamu share keteman-teman di jejaring sosial media dengan cara klik bagikan dibawah, terima kasih.