Cara Pembuatan Kefir Yang Benar

Kefir sering  juga disebut  "yogurt  Rusia".  Cara pembuatan  kefir kurang lebih sama dengan pembuatan yogurt. Perbedaannya terletak pada bibit yang digunakan, untuk kefir dibutuhkan biji kefir. Disamping itu waktu fermentasi kefir lebih lebih lama dibandingkan yogurt.   Bibit kefir adalah campuran protein susu dan   mikroba   kefir   berbentuk   seperti   biji-biji   berwarna   putih kekuningan, berukuran  0,1–2  cm.  Langkah  pembuatannya  kefir  dapat  diterangkan  sebagai berikut.

Cara Pembuatan Kefir Yang Benar

Seliter  susu  dimasak  hingga  mendidih.  Api  dipadamkan  dan  ditunggu sampai susu dingin.   Sejumlah biji kefir dimasukkan ke dalam susu, kurang lebih 2–5 g per liter susu. (Semakin banyak biji yang ditambahkan tentunya berakibat proses fermentasi  menjadi lebih cepat.) Setelah selesai, bahan disimpan  selama 10–12 jam. Untuk menghasilkan kefir yang mengandung gas dan 4lk*h*l, perlu disimpan dalam wadah yang ditutup rapat (kedap udara). Jika wadah terbuka atau ditutup tak rapat, hasil kefir akan menyerupai yogurt polos.   Setelah penyimpanan dilakukan pengadukan secukupnya.   Kemudian biji kefir disaring dan dipisahkan dari kefir yang baru jadi. Kefir dapat langsung minum atau ditutup wadah kefir dan disimpan lagi selama 12–24 jam sebelum diminum.    Setelah disaring, biji kefir dapat dimasukkan ke dalam susu yang baru. Sebelum itu sebaiknya biji ini dibilas dengan air matang yang hangat terlebih dahulu. Cara yang lebih baru untuk membuat kefir ialah dengan menggunakan bibit serbuk kefir (seperti bibit serbuk yogurt), berasal dari campuran kefir dan biji kefir yang diliofilisasi.

Kefir  lebih  awet  dibanding  yogurt,  dan  dapat  bertahan  hingga  sebulan lebih  di  lemari  pendingin,  tetapi  jika  dibiarkan  di  suhu  normal,  kefir  hanya bertahan dua hari. Untuk menyimpan biji kefir dapat direndam di dalam kefir atau susu  dan  ditaruh  dalam  lemari  pendingin.  Setelah  sekitar  10  hari  hingga  dua minggu berlalu, biji kefir dipindahkan ke susu yang baru untuk menjaga keaktifan mikroba kefir.

Untuk mengeringkan  biji kefir basah, mula-mula  biji kefir disaring dari campuran susu. Lalu dibersihkan dengan cara masukkan biji kefir ke dalam gelas. Perlahan-lahan diisikan air keran hingga gelas penuh dan air meluber. Kecepatan aliran air diatur sedemikian rupa sehingga hanya gumpalan-gumpalan  kecil susu yang terbuang, sementara biji kefir tertahan di gelas.  Perlu dilakukan dengan hati-hati karena sebagian gumpalan susu yang agak besar merupakan calon biji kefir yang baru. Setelah beberapa menit campuran akan menjadi lebih bersih dari susu. Disaring kembali, lalu biji kefir ditaruh di atas kain halus yang kering. Dibiarkan selama 2 hari. Biji akan mengerut dan menjadi keras.

Kefir bisa pula dibuat dari susu skim, krim, air dadih, dan dari campuran gula dan jus buah. Yang terakhir ini disebut kefir air (kefir de agua, water kefir). Cara pembuatannya mula-mula adalah melarutkan 75 g gula pasir ke dalam 1 liter air.   Ditambahkan perasan 1–2 buah lemon ukuran sedang (atau buah asam lain). Dimasukkan  biji kefir, kurang lebih 60 g per liter air. Disimpan selama 1–10 hari,  bergantung  pada  kadar  4lk*h*l  yang  diinginkan. Di  tengah  fermentasi sebagian biji kefir akan mengambang oleh terbentuknya gelembung gas karbondioksida.  Wadah  diguncang-guncangkan  dan  dibuka  tutupnya  agar  gas yang  terbentuk  dapat  lolos.  Setelah  dua  hari  biji  kefir  dapat  dipisahkan  dari campuran kefir air.  Biji kefir dicuci bersih dengan air sebelum digunakan untuk pembuatan berikutnya.            Kefir air disimpan dalam lemari pendingin jika tak ingin diminum  segera.  Di  bagian  bawah  wadah  akan  terbentuk  endapan  ragi  kefir berwarna keputihan. Perlu dicatat pembuatan kefir air dari air kelapa atau air gula merah akan mengandung 4lk*h*l hingga 2–4,8% (setara bir ringan).


Pada   awal   abad   20,   Metchnikoff   mengungkapkan   bahwa   konsumsi yoghurt yang teratur     dapat      memperpanjang           usia.     Pernyataan      tersebut mengakibatkan   peningkatan   produksi   yoghurt  secara  komersial   di  beberapa negara. Menurut Iwasaki (1994), yoghurt dapat dikategorikan sebagai salah satu makanan  multifungsional  (multifunctional  food), yaitu makanan yang berfungsi untuk mengatasi berbagai penyakit sehingga dapat mendongkrak  kesehatan dan kebugaran tubuh.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel