Cara Maksimalkan Usahatani Padi Sawah
Produktivitas usahatani khususnya padi sawah dapat ditingkatkan semaksimal mungkin, dengan cara melaksanakan sistem yang dianjurkan kepada petani, yaitu:
1. Cara bercocok tanam
Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam bercocok tanam padi sawah, yaitu :
a. Pengolahan tanah, dapat dilakukan dengan membajak atau mencangkul. Tujuan pengolahan tanah adalah untuk memperbaiki tata udara tanah sehingga menghasilkan suatu tempat tumbuh yang baik bagi padi sawah, mengendalikan gulma, dan meratakan permukaan tanah sehingga air mudah diatur. (Aksi Agraris Kanisius, 2006).
b. Persemaian, harus disiapkan sebaik-baiknya agar diperoleh bibit yang baik dan sehat. Tujuan persemaian adalah memberikan keadaan lingkungan yang baik untuk perkembangan dan awal bagi tanaman padi.
c. Jarak tanam, perlu diatur supaya tidak terjadi persaingan dalam hal mendapatkan unsur hara, sinar matahari, dan memudahkan penyiangan. Jarak tanam bujur sangkar, yaitu 20 x 20 cm dan 25 x 25 cm, tetapi jarak tanam yang mudah digunakan masih tergantung pada varietas, kesuburan tanah dan musim (Aksi Agraris Kanisius,2006).
d. Jumlah bibit biasanya dua atau tiga bibit per lubang dan dengan kedalaman sekitar 3 cm.
e. Penyiangan, bertujuan agar tanaman utama bebas dari gulma. Sebelum penyiangan, air dipetakan dan lubang pemasukan serta pengeluaran harus ditutup. Menurut Aksi Agraris Kanisius (2006), penyiangan mekanis sebelum tanaman berumur 30 hari setelah tanam dan penyiangan kedua pada umur 55 hari setelah tanam.
f. Penyulaman, bertujuan agar populasi tanaman per satuan luas tanam tidak berkurang dengan mengganti rumpun-rumpun yang mati dan dilakukan 5-7 hari setelah tanam.
2. Penggunaan Varietas Unggul
Varietas unggul adalah varietas yang bersifat genetiknya dapat memberikan hasil yang tinggi per satuan luas dan waktu. Varietas unggul padi ini mempunyai sifat-sifat seperti daya hasil tinggi, berumur pendek, tahan terhadap hama dan penyakit. Selain itu juga memenuhi selera petani seperti mutunya baik, rasanya enak, tidak mudah rontok, dan mudah perawatannya (Aksi Agraris Kanisius, 2006).
3. Pengairan (irigasi)
Menurut Aksi Agraris Kanisius (2006), pengaturan pemberian air pada tanaman padi sawah, yaitu :
a. Awal pertumbuhan
Setelah bibit padi ditanam, petakan sawah diairi sedikit demi sedikit, sehingga air mencapai 2-3 cm dari permukaan tanah.
b. Pembentukan anakan (pertunasan)
Pada masa pertunasan, genangan air dipertahankan setinggi 3-5 cm. Pengairan yang lebih tinggi dari 5 cm dapat menghambat pembentukan anakan (tunas),
c. Pembentukan tunas bulir
Air sangat dibutuhkan pada masa pembentukan calon-calon bulir, karena pada periode ini petakan-petakan sawah perlu banyak dialiri setinggi 10 cm karena kekurangan air pada masa ini akan mengganggu pembentukkan malai, pembungaan, dan pembuahan.
d. Pembuangan
Pada masa ini kebutuhan air mencapai puncaknya, sebab bila kekurangan air akan terjadi kehampaan. Supaya pembungaan bisa serempak, maka sebelum berbunga diberi air secukupnya, agar bisa menghisap zat-zat makanan dan air sebanyak-banyaknya yang sangat diperlukan dalam menyelesaikan masa pembungaan tersebut.
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara disebar pada permukaan sawah dan diinjak-injak. Kedalam air pada saat pemupukan dalam keadaan macak-macak dan semua saluran ditutup. Kemudian sawah boleh diairi kembali setelah 2-4 hari dari waktu pemberian pupuk (Aksi Agraris Kanisius, 2006). Pemupukan bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan zat hara pada tanah guna menyumbang bahan makanan bagi tanaman (Siregar,1981).
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama yang dianjurkan adalah pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Hama yang biasa menyerang tanaman padi adalah serangga, tungau, siput, tikus, sedangkan penyakit yang umumnya disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan nematoda. (Djafarudin,2006).
6. Panen
Pemanenan dilakukan apabila bulir-bulir padi sudah masak dengan cara memotong malainya. Kemudian gabah dikeringkan untuk meningkatkan kualitas gabah. Gabah yang kering perlu dipisahkan dari bulir yang mentah dan kotoran-kotoran yang tercampur selama perontokan dan pengeringan seperti daun dan tangkai padi. Akhirnya dilakukan penyimpanan gabah yang merupakan langkah untuk menunggu saat yang tepat untuk dijual atau digiling (Aksi Agraris Kanisius, 2006).
Salah satu pengolahan pasca panen yaitu penggilingan padi. Penggilingan padi adalah usaha yang digerakkan dengan tenaga mesin dan ditujukan serta digerakkan untuk mengolah padi atau gabah menjadi beras putih (sosoh). Pengolahan padi merupakan pekerjaaan yang sukar bila dilakukan dengan tangan. Pengolahan padi ini memerlukan kegiatan-kegiatan yang kolektif dan terpusat. Maka dari itu, untuk memperkecil kerugian pada waktu panen dan pasca panen, efisiensi dalam tiap-tiap langkah pengeringan, perontokan, penggilingan, dan penyimpanan harus ditingkatkan (Aksi Agraris Kanisius,2006).
Keadaan alami sebelum digiling, kebanyakan butir gabah padi-padian mempunyai sturktur dan nilai gizi yang sebanding. Teknik penggilingan seringkali sangat bervariasi dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pada suatu daerah, petani menggunakan cara tradisional dan menggunakan mesin perontok. ini menyebabkan adanya variasi dalam kandungan zat gizi dalam pangan hasil penggilingan (Aksi Agraris Kanisius,200^).