Motivasi: Orang Yang Menghalangi Anda
Bagaimana bila ada seseorang sedemikian ngotot menghalangi anda mencapai sukses?. Bagaimana bila orang itu juga yang selalu merintangi anda di setiap usaha?. Bagaimana perasaan anda terhadap orang itu?. Bagaimana kalau orang itu selalu muncul sambil membawa segudang alasan untuk menghalangi anda bertindak?.
Bagaimana kalau ternyata orang itu adalah anda sendiri?. Boleh jadi. Ada kemungkinan, diri sendiri adalah musuh terbesar anda dalam menghalangi sukses dan kegemilangan.
Pernahkah anda memergoki diri anda sendiri berkata “aku tidak mungkin melakukan itu”...? Tidakkah suara kecil itu juga yang selalu merintangi tujuan anda, dan membawa berjubel-jubel alasan bahwa ini-itu adalah mustahil?.
Keterbatasan yang anda miliki memang meminta anda untuk membatasi diri. Tetapi keputusan tetap di tangan anda. Suara kecil itu silahkan bicara apa saja.
Relakah anda dipenjara oleh keterbatasan?. Tentu tidak. Bayangkan apa yang dapat anda capai bila anda 100% mendukung diri anda sendiri.
Nah silahkan berhenti berkhayal, dan mulailah kehidupan.
Tambahan Motivasi:
Panggung 1: Jauh di sebuah dusun nelayan dengan bau laut yang kental. Seorang paman menanyakan kabar keponakannya yang telah lama pergi ke kota. Dengan bangga, ibunya menjawab, “Syukurlah, sekarang hidup Rejo sudah enak. Dia bekerja sebagai petugas kebersihan di gedung tinggi”
Tambahan Motivasi:
Relatif
Panggung 1: Jauh di sebuah dusun nelayan dengan bau laut yang kental. Seorang paman menanyakan kabar keponakannya yang telah lama pergi ke kota. Dengan bangga, ibunya menjawab, “Syukurlah, sekarang hidup Rejo sudah enak. Dia bekerja sebagai petugas kebersihan di gedung tinggi”
Panggung 2: Di sebuah gedung perkantoran di tengah kota yang sibuk. Seorang bos berdasi menanyakan tentang seorang pegawai yang tampak lusuh. Dengan gugup, manajernya menjawab, “Namanya Rejo pak! Pegawai rendahan di bagian kebersihan. Sayang, nasibnya tidak sebaik namanya.”
Aha! Betapa relatifnya nilai sebuah pekerjaan. Dari satu sudut pandang, sesuatu yang dibanggakan ternyata tak ubahnya cemoohan. Namun dari sudut lain, sebuah ejekan ternyata sumber harapan panjang. Begitulah bila pikiran mulai menilai-nilai apa yang disebut “kemujuran” hidup, maka pada saat yang sama ia memisah-misahkan orang ke dalam kelas-kelas yang berbeda. Padahal, melalui tatapan hati nurani, tiadalah lebih berharga jabatan tinggi di hadapan jabatan rendah. Ketika anda menghargai dan membebaskan diri dari peringkat-peringkat “keberuntungan”, di saat itu anda mampu mendengar bisikan nurani.
Artikel ini dibuat berdasarkan referensi dari email motivasi_net@yahoogroups.com, semoga dapat memotivasi dan menambah wawasan anda.
Artikel ini dibuat berdasarkan referensi dari email motivasi_net@yahoogroups.com, semoga dapat memotivasi dan menambah wawasan anda.