Budidaya Ubi Jalar dan Permasalahan Yang Petani Hadapi

Budidaya Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

Budidaya Ubi Jalar dan Permasalahan Yang Petani Hadapi

Ubi jalar (Ipomoea batatas) atau ketela rambat  merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mempunyai adaptasi luas sehingga dapat tumbuh dan berkemabang dengan baik di seluruh daratan Indonesia. Ubi jalar juga merupakan bahan pangan altenative yang potensial karena memiliki berbagai kelebihan seperti sebagai sumber karbohidrat, mineral dan vitamin, umur pendek (3-4 bulan), potensi hasilnya tinggi (8-12 ton/Ha) dan harga relative lebih tinggi disbanding ubi-ubian lainnya.

Di Kabupaten Hulu Sungai Utara sendiri sering petani menanam ubi jalar, tanaman ini sering ditumpangsarikan dengan tanaman lainnya, seperti labu kuning (waluh), ubi alabio, jagung, dan lain sebagainya. Salah satu kecamatan yang sering menanam ubi jalar ini adalah kecamatan Babirik, sedangkan untuk kecamatan Amuntai Selatan tanaman ubi jalar hanya ditanam sebagai tanaman sampingan, biasanya ditanam bukan untuk komersial melainkan untuk konsumsi rumah tangga sendiri, oleh karena itu jarang ditanam pada lahan tersendiri, tetapi ditanam pada tanah kosong yang kurang terpakai bahkan ada juga yang menanamnya hanya di samping rumah.

Syarat tumbuh ubi jalar
Ubi jalar merupakan jenis ubi-ubian yang mudah dikembangkan, apalagi jika ditanam pada lahan yang memenuhi syarat tumbuhnya, syarat tumbuh ubi jalar meliputi, antara lain:
1.      Keadaan iklim
Tanaman ubi jalar dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan tumbuh karena daerah penyebaran terletak pada 30º LU – 30º LS. Tanaman ini cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl, dan untuk dataran tinggi berketinggian hingga 1.000 m dpl, tetapi untuk dataran tinggi umur panen menjadi panjang dan hasilnya rendah.
Daerah yang paling ideal untuk mengembangkan ubi jalar adalah daerah bersuhu antara 21º C – 27º C, yang mendapat sinar matahari 11 – 12 jam/hari, berkelembaban udara 50% - 60%, dengan curah hujan 750 mm-1500 mm/tahun. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usahatani ubi jalar adalah pada musim kemarau (Oktober – Desember) tetapi harus tersedia sumber air yang memadai.
2.      Keadaan tanah
Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, dan pH 5,5 – 7,5. Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi.

Teknik budidaya ubi jalar
1.      Penyiapan bibit
Budidaya ubi jalar sering dilakukan secara stek pucuk dan stek batang. Bibit ubi jalar yang ditanam harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a.                   Bibit berasal dari varietas unggul.
b.                  Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
c.                   Bibit sehat, normal, tidak terlalu subur.
d.              Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20 cm – 25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
e.                   Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1 – 7 hari.
Stek yang paling baik untuk dijadikan bibit adalah stek pucuk.stek batang yang biasanya diambil dari bagian tengah biasanya tumbuh relative lambat dan potensi hasilnya rendah.
2.      Penyiapan lahan
Penyiapan lahan sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket dan keras. Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.                   Tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur, kemudian dibiarkan selama ± 1 minggu, lalu dibentuk guludan.
b.                  Tanah langsung diolah bersamaan dengan pembuatan guludan.
Ukuran guludan disesuaikan dengan .keadaan tanah. Pada tanah yang ringan (pasir mengandung liat) ukuran guludan adalah lebar bawah ± 60 cm, tinggi 30 cm – 40 cm, dan jarak antar guludan 70 cm – 100 cm. pada tanah pasir ukuran guludan adalah lebar bawah ± 40 cm, tinggi 25 cm – 30 cm, dan jarak antar guludan 70 cm – 100 cm. arah guludan sebaiknya memanjang utara-selatan, dan ukuran panjang guludan disesuaikan dengan lahan.
Hal yang penting diperhatikan dalam pembuatan guludan adalah ukuran tinggi tidka melebihi 40 cm. guludan yang terlalu tinggi cenderung menyebabkan terbentuknya ubi berukuran panjang dan dalam sehingga menyulitkan pada saat panen. Sebaliknya, guludan yang terlalu dangkal dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi, dan dapat memudahkan serangan hama boleng atau lanas oleh Cylas sp.
3.      Penanaman
Penaman ubi jalar biasanya dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau awal musim kemarau (Maret). Di lahan sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah segera setelah padi rendengan atau padi gadu, yakni pada awal musim kemarau.
System tanam ubi jalar dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan tumpangsari dengan tanaman laiinya. Tata cara penanaman ubi jalar adalah sebagai berikut:
a.                   Buat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan dengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antar lubang 25 cm – 30 cm.
b.                  Buat larikan atau lubang tugal sejauh 7 cm – 10 cm di kiri dan kanan lubang tanam untuk tempat pupuk.
c.                   Tanamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga pangkal batang (stek) terbenam ke dalam tanah ½ atau 2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal stek (bibit).
d.                  Untuk lahan yang kurang subur dilakukan pemupukan. Unsur-unsur yang banyak diperlukan oleh tanaman ubi jalar adalah N dan K, sedangkan unsure P relative sedikit diperlukan. Dosis pemupukan adalah  ± 30 – 60 kg N, ± 50 – 100 kg K, dan pupuk P, 18 kg Phosphat per hektar. Pupuk P diberikan pada waktu tanam sedang pupuk N dan K diberikan pada umur tanaman 3 minggu. Pupuk dimasukkan ke dalam larikan atau lubang tugalan kemudian tutup kembali dengan tanah. Sedangkan jika memang sangat diperlukan maka dapat digunakan pupuk dasar urea (100 kg/ha), TSP (50 kg/ha) dan KCL (100 kg/ha), masukkan ke dalam larikan kemudian tutup dengan tanah tipis-tipis.
Baik untuk system monokultur maupun system tumpangsari menggunakan prinsip penanaman yang sama, hanya saja untuk system tumpangsari di antara barisan tanaman ubi jalar atau di samping guludan ditanami tanaman lain.
4.      Pemulsaan
Pemberian mulsa jerami pada pertanaman ubi jalar baik system monokultur maupun system tumpangsari dapat meningkatkan hasil ubi jalar dan tanaman yang ditumpangsarikan. Tujuan pemberian mulsa jerami antara lain untuk menekan pertumbuhan gulma, menjaga kelembaban dan kesuburan tanah, serta berpengaruh terhadap peningkatan hasil, mengurangi kehilangan air tanah, dan lain-lain. Pemberian mulsa jerami dilakukan seusai tanam. Cara pemberian mulsa adalah dengan dihamparkan secara merata setebal 3 – 5 cm dipermukaan guludan. Di masyarakat Amuntai sendiri, mulsa yang digunakan bukan hanya sebatas jerami padi, melainkan mulsa lainnya seperti daun-daun kering (klaras pisang), rumput-rumputan yang telah layu/kering, pelepah pisang, dll.
5.      Pengairan
Pada fase awal pertumbuhan ubi jalar memerlukan ketersediaan air yang memadai . seusai tanam, tanah dan guludan harus diairi. Cara pengairan adalah dengan di-leb selama 15–30 menit hingga guludan cukup basah, kemudian airnya dialirkan ke saluran pembuangan. Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan. Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan.
Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari. Tetapi perlu diperhatikan, selama pengairan hindari air yang berlebihan agar tanah tidak becek (air menggenang).
6.      Penyulaman
Selama 3 minggu setelah tanam, pertanaman ubi jalar harus diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit baru, dengan menanam 1/3 bagian pangkal stek ditimbun tanah.
Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu tidak panas. Bibit untuk menyulam sebelumnya memang harus sudah dipersiapkan atau ditanam di tempat yang teduh.
7.      Pemupukan susulan
Berdasarkan anjuran dosis umum dna dosis hasil penelitian pemupukan pada ubi jalar, pemberian pupuk susulan dilakukan pada umur 45 hari setelah tanam, dan dapat dipilih dari alternative berikut:
a.   67 – 133 kg urea/ha + 66 kg KCL/ha.
b.  133 kg urea/ha + 133 KCL/ha.
Pemupukan dapat dilakukan dengan system larikan (alur) dan system tugal. Pemupukan dengan system larikan: mula-mula buat larikan kecil di sepanjang guludan sejauh 7 – 10 cm dari batang tanaman, sedalam 5 – 7 cm, kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam larikan sambil di tutup dengan tanah. Pemupukan dengan system tugal sama dengan system larikan, hanya saja lubang larikan diganti dengan lubang tugalan.
8.      Penyiangan dan pembumbunan
Penyiangan terhadap gulma bisa dilakukan serempak dengan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah guludan. Penyiangan dan pembumbunan biasanya dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan.
9.      Pengendalian hama dan penyakit
Usaha perlindungan tanaman dari gangguan hama dan penyakit dilakukan dengan teknik pengendalian secara terpadu, yaitu:
a.     Secara kultur teknis, di antaranya mengatur waktu tanam yang tepat, pola pergiliran (rotasi) tanaman, dan sanitasi lahan.
b.  Secara fisik dan mekanis, yaitu dengan memotong atau memangkas atau mencabut tanaman yang sakit atau terserang hama cukup berat, kemudian mengumpulkan dan memusnahkan hama.
c.  Secara kimiawi, yaitu dengan menyemprotkan pestisida secara selektif dan bijaksana, setelah melakukan monitoring hama dan penyakit berkala. Bila tanaman yang terserang hama atau penyakit ≥ 5%, baru dilakukan tindakan pengendalian kimiawi.
Hama yang biasanya menyerang tanaman ubi jalar adalah hama penggerek batang, hama boleng atau lanas dan tkus. Sedangkan penyakit yang biasa menyerang tanaman ubi jalar adalah kudis atau scab, layu fusarium, virus, dan penyakit lainnya seperti bercak daun, busuk basah akar, dan lain-lain.
10.  Pemanenan
 Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah matang fisiologis. Kriteria ubi jalar matang fisiologis antara lain; kandungan tepungnya maksimum, ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus rasanya enak dna tidak berair.
Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman. Varietas ubi jalar berumur pendek dipanen pada umur 3-3 ½ bulan, sedangkan varietas berumur panjang dipanen pada umur 4 ½ - 5 bulan. Tata cara pemanenan ubi jalar melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a.                   Tentukan pertanaman ubi jalar yang telah siap panen.
b.                  Potong dan batang ubi jalar, kumpulkan ke luar petakan.
c.                   Gali guludan dengan cangkul hingga ubi kelihatan, ambil, kumpulkan dan bersihkan.
d.                  Lakukan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil ubi secara terpisah dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan pula ubi utuh dari ubi yang terluka ataupun terserang hama atau penyakit.
e.                   Masukkan ubi ke dalam wadah atau karung goni.
Tanaman ubi jalar yang tumbuhnya baik dan tidak mendapat serangan hama penyakit yang berat dapat menghasilkan ubi basah ≥ 25 ton/ha.

Permasalahan Dalam Budidaya Ubi Jalar yang Dihadapi Petani
1.      Keadaan Tanah/Lahan
Tanah yang biasanya ditanami petani ubi jalar kurang subur, sehingga sulit membuat gundukan yang optimal untuk pertumbuhan ubi jalar. Kurang subur dan gemburnya tanah memang dapat diatasi dengan pemupukan, tetapi karena biaya operasional budidaya sering tidak memungkinkan petani hanya menggunakan cara tradisonal seperti dengan mencampur tanah dengan daun-daun atau gulma yang sudah membusuk/lapuk.

2.      Tingginya harga pupuk anorganik
Kelangkaan dan mahalnya harga pupuk seringkali menjadi hal sangat menyulitkan petani, hal ini memang dapat diatasi dengan mengganti pupuk anorganik dengan pupuk organic, tetapi tentu saja sering terkendala pada tingkat pengetahuan petani yang minim, sedang penyuluhan dari dinas terkait juga sangat kurang.

3.      Penyimpanan dan pengolahan hasil
Ubi jalar yang dipanen tentu tidak semuanya habis dikonsumsi dalam waktu singkat, seringkali petani menyimpannya dengan cara seadanya, dalam masa penyimpanan tidak sedikit ubi jalar yang rusak karena diserang hama dan penyakit, hal ini tentu saja menjadi permasalahan yang serius, namun seperti hal diatas pengetahuan tentang teknik penyimpanan yang baik dan benar serta pengolahannnya agar ubi jalar menghasilkan nilai ekonomis yang lebih tinggi di kalangan petani ubi jalar masih sangat rendah.

Itulah sekelumit permasalahan dalam budidaya ubi jalar di lingkungan masyarakat petani Hulu Sungai Utara umumnya dan kecamatan Amuntai Selatan khususnya.

Artikel  ini dibuat berdasarkan referensi dari H. Qamariatul Husna, semoga artkel ini dapat menambah wawasan anda.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel