Erosi Tebing Sungai Di Desa Telaga Silaba Kecamatan Amuntai Selatan

Erosi Tebing Sungai Di Desa Telaga Silaba Kecamatan Amuntai Selatan
Oleh: H. Qamariatul Husna

Tanah dan air merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu tanah harus selalu dijaga kelestarian dan keberadaannya. Dalam konteks konservasi tanah dan air terdapat tinjauan umum tentang erosi dan sedimentasi, sebab erosi mau tidak mau telah berlangsung di tanah air kita.
Faktor-faktor penyebab erosi itu sendiri ada yang memang datang dari alam seperti pengaruh iklim dan sifat tanah tetapi ada juga yang diakibatkan oleh kegiatan hidup manusia yang tidak memperhatikan kelangsungan kelestarian alam atau bisa kita sebut kegiatan yang tidak berwawasan lingkungan seperti penebangan hutan secara liar dan terus menerus tanpa melakukan reboisasi, pengerukan bahan tambang darI perut bumi tanpa melakukan reklamasi, atau bisa juga kegiatan pertanian yang salah seperti pengelolaan tanah dan penanaman jenis tanaman yang kurang sesuai dengan teknik yang seharusnya dilakukan.

Berkaitan dengan keberadaan erosi dan konnservasi, maka erosi yang serng kita lihat di daerah kita adalah erosi yang terjadi pada tebing sungai (stream bank erosion) yakni erosi yang umumnya terjadi pada sungai yang berbelok-belok tergantung dari derasnya arus sungai.

Kondisi sungai yang ada di desa Telaga Silaba, terutama di wilayah  alur sungai yang berada di pelabuhan memperlihatkan erosi atau abrasi tebing sungai yang sangat tampak. Padahal muara sungai yang dijadikan pelabuhan tersebut menjadi urat nadi bagi perdagangan antar kabupaten, yakni pedagang nagara dan sekitarnya.

Runtuhnya tanah di tebing sungai mengakibatkan sebagian dari ruas jalan penghubung antar desa Telaga Silaba-Harusan Telaga ambruk, bahkan hampir tenggelam ke arah sungai, dan jika musim hujan datang, maka setiap tahunnya jalan penghubung antar desa tersebut menghilang (tenggelam total) dan masyarakat harus membuat titian (jembatan kecil) untuk penyebrangan.

A. Pengertian Erosi Tebing Sungai
Seperti yang sudah dikemukaan sedikit pada bab di atas, Erosi Tebing Sungai (Stream Bank Erosion) umumnya terjadi pada sungai yang berbelok-belok tergantung dari derasnya arus sungai. Sebab pada sungai yang berbelok-belok, arus tebing akan terjadi dua kemungkinan, yaitu:

1. Terjadinya suatu belokan dikarenakan tanah sekitar belokan tersebut resistensinya kurang kuat, sehingga arus yang melaju yang biasanya pada tiap belokan ada di pinggir akan makin mengikis tanah pada sisi yang daya tahannya kurang kuat itu, sehingga menjadikan makin membeloknya sungai tersebut. Di sisi yang lain keadaan adalah sebaliknya, di sini akan terjadi pengendapan-pengendapan sehingga menjadikan semakin dangkalnya sisi sungai tersebut.

2. Makin berliku-likunya belokan tersebut, arus sungai pada mulut belokan terpaksa mencari arah lain yaitu dengan mengikis sisi yang lain pada belokan, pengikisan akan berlangsung terus sehingga karena resistensi tanah di daerah itu kurang kuat maka akan terciptalah arah sungai yang baru.

Dalam keadaan demikian sering kita dapati adanya belokan yang terputus dan bagian-bagian yang sangat dangkal pada sisi (tebing) yang lain yang dapat membentuk tanah baru.

Selain bentuk-bentuk erosi tersebut, sering kita mendapati tanah-tanah longsor atau landslide, di mana pada tebing-tebing sungai yang secara sekaligus terdapat sejumlah besar timbunan tanah, sehingga kalau tebing itu bersampingan dengan jalan raya sering menyebabkan putusnya hubungan lalu lintas, atau yang lebih parah lagi longsor atau landslide tadi akan jatuh ke sungai dan menenggelamkan badan jalan dan perumahan penduduk di tebing sungai.

Hal itu bisa terjadi akibat ketidakmampuan tanah tebing sungai untuk menahan derasnya hantaman aliran air sungai sehingga seringkali kelongsoran tersebut terjadi pada saat musim penghujan di mana volume air sungai meningkat drastis.

Volume (debit) air sungai yang meningkat ini pada umumnya datang dari wilayah hulu dari sungai, di mana di wilayah hulu ini sudah tidak mampu meresapkan air ke bawah permukaan tanah, akibat tidak adanya vegetasi atau pepohonan yang dapat mengikat air hujan sehingga sering dikatakan sebagai air/banjir kiriman. Hilangnya vegetasi dan pepohonan tersebut tentu saja tidak dapat kita pungkiri sebagai akibat dari kegitan illegal logging.

Karena adanya pengaruh iklim dan pergeseran tanah itu sendiri serta perbuatan-perbuatan manusia yang secara sengaja atau tidka sengaja melakukan penyimpangan-penyimpangan dari ketentuan (yang semestinya selalu memperhatikan etika konservasi tanah dan air), aka dapatlah ditentukan bahwa sangat sulit untuk meniadakan dan atau mencegah sama sekali terjadinya erosi, longsor atau landslide sampai pada tingkat tanpa adanya erosi pada lahan-lahan pertanian atau lahan yang digunakan manusia untuk  sesuatu maksud, terutama pada tanah tebing sungai dan lahan-lahan yang memilki kemiringan.

Menurut Kimberlin dan kawan-kawan yang perlu dipertimbangkan bukan hanya rusaknya produktivitas tanah oelh gangguan-gangguan erosi, melainkan juga dampak negatif dari terjadinya pengendapan-pengendapan tanah yang tererosi tersebut, jadi membiarkan tanah itu tererosi sampai mencapai batas maksimumnya kemungkinan endapan-endapan yang terjadi akan dapat menimbulkan kedangkalan-kedangkalan pada sungai dan dapat menimbulkan malapertaka yang lebih besar lagi.

Karena pengendapan-pengendapan sangat tergantung dari adanya erosi maka demi kestabilan lingkungan dalam arti yang luas (ditinjau dari segala segi) bagaimanapun juga berlangusngnya erosi harus dibatasi sampai erosi makimal yang masih dapat ditoleransi (Soil Loss Tolerance) dengan demikian produktivitas tanah masih dapat dikendalikan.

B. Erosi Tebing Sungai yang Terjadi di Desa Telaga Silaba
Sungai yang didapati terkena erosi yang berada di desa Telaga Silaba secara mudahnya digambarkan sebagai berikut:
o Sungai induk yang tepat memiliki persimpangan dua arah (hulu dan hilir) atau memiliki belokan yang cukup lengkung.
o Muara sungai (di tengah-tengah sungai) dijadikan pelabuhan.
o Memiliki arus yang deras.
o Karena merupakan pelabuhan, maka sering terjadi hantaman ombak sungai dari kapal-kapal yang datang.

Erosi tebing sungai yang terjadi di bantaran sungai yang ada di desa Telaga Silaba merupakan salah satu dari erosi yang dipercepat, artinya erosi ini terjadi bukan secara normal/alami, dan erosi yang ada dalam bentuk tanah longsor/landslide.

Terjadinya tanah longsor ini berlangsung pada tebing sungai yang cukup curam dan kedalaman yang cukup jauh, dan kemungkinan di bawah permukaan tanah tebing sungai teradapat lapisan liat yang tahan atau kedap air. Pada waktu terjadinya hujan, air yang berinfiltrasi ke dalam tertahan oleh lapisan liat tersebut, sehingga lapisan tanah di atasnya menjadi terrendam air yang secara sekaligus dihanyutkan ke bawah melalui lereng yang terjal sehingga sejumlah besar tanah akan menimbun bagian bawah.

Erosi ini menyebabkan sungai menjadi dangkal dan menyempit, sedangkan ruas badan jalan menjadi lebih lebar tetapi dalam keadaaan ambruk. Bahkan ada beberapa rumah penduduk yang ikut ambruk dan jatuh menuju sungai.

Tentang terjadinya erosi tebing sungai di desa ini telah dan baru berlangsung selama delapan tahun terkahir, artinya kondisi sungai dan tebing sungai di desa ini sebelumnya tidak mengalami eosi. Dan tentunya hal ini menjadi tanda tanya bagi penulis dan kita semua, ”Kenapa erosi tebing ini bisa terjadi”?

C. Faktor Penyebab Erosi Tebing Sungai di Desa Telaga Silaba
Mengingat bahwa erosi ini tidak bisa didiamkan begitu saja, maka sebelum kita mencari tindakan konversi dan solusi apa yang tepat dalam menanganinya, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa faktor-faktor yang memicu terjadinya erosi ini.

Menurut keterangan masyarakat sekitar, sebelumnya erosi tebing sungai tidak pernah terjadi, baru sekitar 8 tahun terkahir ini erosi berlangsung. Dan dikatakan bahwa kemungkinan yang menjadi pemicunya adalah:

1. Adanya kegiatan penebangan pohon yang tidak disertai ijin (illegal logging) secara besar-besaran di daerah hulu, sehingga hutan yang tadinya menjadi penahan air hujan menjadi gundul yang akhirnya jika hujan terjadi maka semuanya akan mengalir dan tumpah serta menimbulkan aliran yang kuat dan kurang mampu ditahan oleh kondisi sungai di daerah hilir.

2. Matinya anak-anak sungai yang ada di sepanjang aliran sungai. Sehingga semua aliran air tumpah yang datang dari arah hulu tadi semuanya tertumpuk di wilayah induk sungai, yang muaranya dari persimpangan dan pusaran airnya berada tepat di tebing sungai yang dijadikan pelabuhan desa Telaga Silaba.

3. Pembangunan sarana pelabuhan yang kurang memenuhi syarat kelayakan pondasi dan AMDAL.


4. Pembuangan sampah di sungai yang makin parah.

D. Dampak Erosi Tebing Sungai di Desa Telaga Silaba
Setiap erosi dalam bentuk apapun tentu akan menimbulkan dampak yang buruk bagi sungai itu sendiri juga bagi lingkungan dan masyarakat sekitar bantaran sungai, dampak negatif tersebut antara lain:

1. Sungai mengalami penyempitan dan pendangkalan.

2. Abrasi yang melongsorkan sebagian dari badan jalan yang ada di pinggir tebing sungai.

3. Ambruknya rumah-rumah warga sekitar tebing sungai.

4. Hilangnya beberapa spesies hewan air, seperti ikan pari air tawar sebab terjadinya pendangkalan tadi, sedangkan menurut masyarakat sekitar ikan pari tersebut menyukai air sungai yang dalam.

5. Banjir luapan air sungai, yang beberapa tahun terakhir ini mencapai perumahan warga yang berjarak 50 meter dari pusat longsor, padahal sebelumnya di desa Telaga Silaba tidak pernah mengalami banjir tahunan.

6. Banjir luapan air sungai juga ikut mencapai areal persawahan yang ada di belakang sungai, yang tentu saja akan sangat merugikan kegiatan usahatani.

E. Konservasi dan Solusi untuk Menanggulangi Erosi
Melihat banyaknya dampak buruk dari erosi tebing sungai, maka tentu saja harus banyak juga cara untuk menanggulanginya, sebab jika erosi tersebut tidak segera ditanggulangi maka tidak menutup kemungkinan akan didapati dampak yang lebih buruk lagi.

Di sini penulis berusaha menyajikan beberapa usaha konservasi sebagai solusi yang bisa diterapkan dalam usaha penanggulangan erosi, antara lain adalah:

1. Reboisasi hutan, sebab fungsi hutan adalah untuk sarana peneyerapan air hujan sekaligus penahan erosi yang baik dan dapat mempengaruhi iklim dan tata air di sekitar lingkungannya, sehingga jika terjadi hujan di daerah hulu, maka air hujan yang mengalir ke arah hilir tidak terlalu melimpah dan deras/kuat.

2. Memperbesar resistensi permukaan tanah dan kapasitas infiltrasi di daerah tebing sungai sehingga lebih kuat terhadap daya hantam/tumbukan baik dari air hujan, arus, maupun gelombang/ombak air sungai. Hal ini bisa dengan menanam vegetasi yang mempunyai perakaran yang dapat mengikat tanah lebih kuat di pinggiran sungai.

3. Membuat jalur-jalur bagi aliran sungai ke tempat-tempat pembuangan (water ways) dengan pembuatan selokan dan parit pada tempat-tempat tertentu, atau dengan mereklamasi kembali anak-anak sungai yang mati.

4. Membuat teras-teras atau sengkedan-sengkedan agar aliran air dapat terhambat sehingga daya angkut atau hanyut berkurang.

5. Membuat perencanaan pembangunan sarana prasarana yang matang dengan tidak mengabaikan AMDAL.

6. Membuang sampah pada tempat yang seharusnya, bukan di sungai.

Kesimpulan
1. Erosi adalah pengikisan atau kelongsoran yang merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara normal/alamiah, maupun sebagai akibat kegiatan/tindakan manusia.

2. Erosi Tebing Sungai (Stream Bank Erosion) umumnya terjadi pada sungai yang berbelok-belok tergantung dari derasnya arus sungai. Ketidakmampuan tanah tebing sungai untuk menahan derasnya hantaman aliran air sungai sehingga seringkali kelongsoran tersebut terjadi pada saat musim penghujan di mana volume air sungai meningkat drastis.

3. Faktor Penyebab Erosi Tebing Sungai antara lain; adanya kegiatan penebangan pohon yang tidak disertai ijin (illegal logging), matinya anak-anak sungai yang ada di sepanjang aliran sungai, pembangunan sarana pelabuhan yang kurang memenuhi syarat kelayakan pondasi dan AMDAL, pembuangan sampah di sungai yang makin parah.

4. Dampak negatif erosi tebing sungai; sungai mengalami penyempitan dan pendangkalan, abrasi yang melongsorkan sebagian dari badan jalan yang ada di pinggir tebing sungai, ambruknya rumah-rumah warga sekitar tebing sungai, hilangnya beberapa spesies hewan air, banjir luapan air sungai juga ikut mencapai areal persawahan, dan lain-lain.

5. Solusi konservasi; reboisasi hutan, memperbesar resistensi permukaan tanah dan kapasitas infiltrasi di daerah tebing sungai, membuat jalur-jalur bagi aliran sungai ke tempat-tempat pembuangan (water ways), membuat teras-teras atau sengkedan-sengkedan agar aliran air dapat terhambat sehingga daya angkut atau hanyut berkurang, membuat perencanaan pembangunan sarana prasarana yang matang dengan tidak mengabaikan AMDAL dan membuang sampah pada tempat yang seharusnya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel