Media Komunikasi Mendukung Percepatan Alih Teknologi Produksi Padi Sawah di Tingkat Petani
Nama Penulis : Armiati, Nasruddin Razak, dan Yusmasari
Ringkasan Pustaka
Kesesuaian media komunikasi sangat dibutuhkan agar teknologi yang dianjurkan dapat diterima dan diadopsi oleh petani. Media sangat erat kaitannya dengan komunikasi karena media merupakan salah satu komponen atau unsur yang menjadi pensyaratan untuk terjadinya suatu komunikasi. Perkembangan Ilmu pengetahuan dan tenologi dewasa ini telah menghasilkan begitu banyak media komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada petani. Tetapi di lain pihak, dengan semakin banyaknya media yang tersedia menuntut pertimbangan dalam menetapkan dan menggunakan media komunikasi yang tepat untuk membantu mendisseminasikan suatu informasi. Media komunikasi yang banyak digunakan sebagai media alih teknologi adalah media tercetak (liptan, brosur, dan poster; pertemuan (seminar, temu lapang, dan lain-lain); dan media elektronik (video, kaset, dan lain-lain). Namun demikian, menurut peneliti mengutip Haryati (2008) perlu diperhatikan bahwa keefektifan media ini sangat tergantung pada kemampuan membaca sasarannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan saluran atau media komunikasi dalam rangka mempercepat proses alih teknologi dari sumber ke pengguna.
Penyuluh pertanian yang dijadikan responden pada penelitian ini adalah penyuluh pertanian yang membawahi wilayah-wilayah yang menjadi lokasi sampel, yaitu penyuluh pertanian pada BPP Banti-murung dan BPP Maros Baru (Kabupaten Maros), penyuluh pertanian pada BPP Watang Sawitto dan BPP Paleteang (Kabupaten Pinrang). Berdasarkan pengalaman dan tingkat pendidikan penyuluh, merupakan potensi yang cukup besar dalam pelaksanaan alih teknologi ke tingkat petani. Sedangkan berkaitan dengan inovasi teknologi, materi yang diminati penyuluh tidak dibatasi pada disiplin ilmu masing masing karena dalam tugas sehari-hari mereka tidak bisa secara tegas hanya memfasilitasi para petani sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya.
Petani responden di Kabupaten Pinrang rata-rata berumur 43 tahun dengan kisaran 22–60 tahun, yang didominasi oleh umur di bawah 50 tahun (80%). Kondisi ini merupakan salah satu potensi untuk pengembangan padi di daerah ini karena mampu menarik minat generasi muda untuk menekuni bidang usaha di sektor pertanian.
Proses keputusan inovasi merupakan proses yang dilalui individu dalam menentukan keputusan. Peneliti mengacu kepada konsep yang dikemukakan oleh Rogers (1983) dimana menyatakan bahwa tahapan adopsi inovasi atau calon pengguna pada umumnya melalui lima tahap, yaitu: (a) tahap pengetahuan, yaitu ketika individu atau unit pengambil keputusan mengatahui adanya suatu inovasi dan memperoleh beberapa pemahaman tentang fungsinya, (b) tahap persuasi, yaitu timbulnya minat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai suatu inovasi, (c) tahap keputusan, yaitu kegiatan yang menuju pada suatu pilihan untuk menerima atau menolak suatu inovasi, (d) tahap pelaksanaan yang merupakan tahap dimana individu atau unit pengambil keputusan mengambil suatu inovasi untuk digunakan, dan (e) konfirmasi ketika individu mencari informasi untuk menguatkan keputusan yang telah dibuatnya. Baca: Fungsi Unsur Hara Makro dan Unsur Hara Mikro [Lengkap]
Dari hasil wawancara, penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan pengalaman semua responden baik di Kabupaten Maros maupun di Kabupaten Pinrang melewati tahap pengenalan dan tahap persuasi sebelum mengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu teknologi. Tetapi pada tahap pengambilan keputusan, untuk Kabupaten Maros hanya 28 orang (70%) petani responden yang mencoba inovasi baru dalam skala kecil sebelum memutuskan menerima atau menolaknya. Untuk petani responden Kabupaten Pinrang 38 orang (78%) responden biasanya mencoba inovasi teknologi dalam skala kecil sebelum mengambil keputusan. Sedangkan apabila petani memutuskan untuk menerima teknologi baru dan melaksanakannya, mereka masih akan menilai kembali teknologi tersebut (tahap konfirmasi). Pada tahap ini petani biasanya mencari penguat bagi keputusannya sehingga mereka dapat melanjutkan, menyempurnakan atau berhenti mengadopsi suatu inovasi teknologi. Berdasarkan pengalaman petani, hal-hal yang biasanya membuat mereka berhenti mengadopsi inovasi baru adalah (a) kerumitan teknologi; (b) perubahan iklim atau kondisi lingkungan dan (c) kesukaan pedagang terhadap produksi (apabila inovasi teknologinya varietas).
Konsep komunikasi yang digunakan oleh peneliti ini adalah yang dikemukakan oleh Efendi (1992) dimana menyatakan komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap pendapat atau perilaku baik secara lisan maupun dengan menggunakan media. Media sangat erat kaitannya dengan komunikasi karena media merupakan salah satu komponen yang menjadi pensyaratan untuk terjadinya suatu komunikasi. Sedangkan media atau channel adalah saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada sasarannya. Dalam proses komunikasi selain menggunakan media massa juga digunakan saluran interpersonal yang melibatkan tatap muka antara dua orang atau lebih. Metode penyuluhan yang menggunakan media interpersonal adalah pertemuan atau diskusi, demonstrasi, gelar teknologi pertanian, dan lain-lain. Setiap media memiliki karakteristik sendiri dalam meneruskan pesan dan mempunyai peran yang berbeda pada setiap tahap keputusan inovasi. Media dan metode komunikasi yang dipilih pada setiap tahapan adopsi diuraikan sebagai berikut:
Tahap Pengenalan
Hasil wawancara menunjukkan bahwa semua responden melewati tahap pengenalan inovasi teknologi sebelum memutuskan menerima atau menolak suatu inovasi teknologi. Hal ini sejalan dengan konsep yang masih digunakan oleh peneliti, yaitu menurut Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi (1987) yang menyatakan bahwa kombinasi dari media interpersonal dan media massa merupakan cara yang efektif dalam mem-perkenalkan ide-ide baru kepada peng-guna. Alasan utama petani memilih diskusi kelompok adalah pertemuannya tidak terlalu formil sehingga mereka bebas berinteraksi baik dengan penyuluh maupun dengan sesama petani. Kombinasi media interpersonal dan media cetak yang banyak diinginkan oleh responden adalah metode diskusi kelompok dengan media cetak yaitu masing-masing 57,5 % untuk responden Maros dan 42 % untuk responden Pinrang. Hal ini mengindikasikan bahwa petani lebih memilih komunikasi yang tidak terlalu formil dalam penyampaian inovasi dengan disertai bahan bacaan yang lebih lengkap untuk dijadikan sebagai bahan diskusi.
Tahap Persuasi
Media dan metode komunikasi yang diinginkan oleh petani pada tahap ini baik petani responden Pinrang maupun Maros 100% memilih media interpersonal dengan metode demonstrasi dengan alasan bahwa ingin melihat langsung pelaksanaan suatu inovasi baru maupun hasilnya. Untuk media cetak umumnya masih memilih brosur dengan alasan informasi teknologinya lebih lengkap dibanding dengan media cetak lainnya. Kombinasi media dan metode yang dipilih menunjukkan bahwa kombinasi antara media interpersonal (demplot+diskusi dengan penyuluh secara kelompok) dengan brosur paling banyak dipilih oleh petani responden yaitu 78% untuk Pinrang dan 67% untuk Maros.
Tahap Pengambilan Keputusan
Pada tahap ini, 100% petani memilih media interpersonal. 65% responden Maros memilih Sekolah Lapang (SL) dan 35% responden memilih diskusi kelompok dengan penyuluh dan bertanya ke sesama petani. Untuk responden Pinrang 60% memilih SL dan 40 % memilih diskusi kelompok dengan PPL dan bertanya ke sesama petani. Alasan petani memilih SL adalah untuk lebih memahami pelaksanaan teknologi, mengetahui masalah dan mencari jalan keluar dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan yang tidak memilih SL memberikan alasan menganggap bahwa SL membutuhkan waktu yang banyak sedangkan mereka mempunyai kegiatan yang lain. Selain itu ada pula yang beralasan bahwa mereka tidak bisa menulis sehingga memilih bertanya kesesama petani yang mengikuti SL.
Tahap Implementasi dan Penilaian Kembali
Dalam pelaksanaannya para penyuluh tersebut membutuhkan inovasi atau informasi teknologi pertanian baik berupa frontier technology, teknologi yang dapat menjawab permasalahan ataupun teknologi yang dapat mengembangkan potensi. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan penyuluh terhadap inovasi teknologi tersebut berkaitan erat dengan tingkat kredibilitas mereka. Kredibilitas penyuluh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan alih teknologi ke petani. Hasil penelitian ini juga menyebutkan bahwa semua penyuluh responden baik Kabupaten Maros maupun Pinrang menginginkan pelatihan disertai dengan buku pegangan baik berupa juknis, brosur maupun buku yang berkaitan dengan pengetahuan prin-sip yang berhubungan dengan peningkatan IP Padi. Selain itu 85,71% penyuluh responden Maros dan 76,19% penyuluh responden Pinrang menginginkan CD yang dapat digunakan untuk menambah penge-tahuan dan keterampilannya.
Analisis Pustaka
Temuan penelitian ini mampu menambah pengetahuan mengenai pentingnya memilih media komunikasi yang tepat sebelum melakukan kegiatan pertanian dengan tujuan untuk mendukung percepatan produktivitas pertanian mereka. Jurnal ini juga sangat cocok digunakan sebagai panduan utama melakukan penelitian selanjutnya bagi penulis. Jumlah responden tertulis jelas. Pembahasan juga ditulis dengan spesifik dan jelas, serta mampu menjawab tujuan dari penelitian itu sendiri. Media Komunikasi dalam penelitian tersebut dikaitkan dengan tahap-tahap adopsi sebelum mengadopsi suatu inovasi teknologi sehingga menambah pengetahuan penulis bahwa media komunikasi dapat digunakan di segala aspek kegiatan petani khususnya dalam kegiatan usahatani.