Kebutuhan Informasi Petani Gurem [Kasus Desa Rowo, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung]
Nama Penulis: Hanifah Ihsaniyati
Ringkasan Pustaka
Informasi yang dibutuhkan oleh setiap individu berbeda dan tidak dapat disamakan. Informasi sendiri selayaknya sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapai oleh individu tertentu, dalam hal ini adalah petani. Informasi yang datang harus sesuai dengan keinginan petani dalam menunjang produktivitas usahataninya. Namun, kenyataan dalam penelitian ini adalah masih banyak petani yang tidak memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini menyebabkan ketidakefektivan kegiatan pertanian yang dilakukan oleh petani gurem.
Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan kebutuhan informasi petani gurem dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar, yaitu bekerja baik menjalankan usahatani maupun pekerjaan lain. Metode penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme, yaitu mengarah pada pendekatan kualitatif (qualitative approach). Lokasi dilakukan secara sengaja dan subyek penelitian dilakukan dengan teknik bola salju (snowball sampling).
Hasil dari penelitian ini adalah terdapat dua golongan petani gurem di Desa Rowo, yaitu petani gurem Pengambil Resiko Tinggi (PRT) dan Pengambil Resiko Rendah (PRR). Hal tersebut diindikasikan karena petani bukan masyarakat yang homogen dan melulu bekerja di pertanian. Petani gurem PRT membutuhkan informasi yang lebih bersifat fluktuatif, akurat, perlu pemenuhan segera (berkaitan dengan waktu), berkaitan dengan untung/rugi secara ekonomis maupun non ekonomis, perlu pemantauan terus menerus. Petani gurem PRR membutuhkan membutuhkan informasi yang cenderung lebih stabil, rutin dan biasa, relatif rendah resiko, dan bagi petani gurem relatif tidak mendesak.
Berdasarkan data dari penelitian tersebut, diketahui bahwa jumlah rumah tangga di Desa Rowo adalah 597 keluarga, 400 kepala keluarga berprofesi sebagai petani. Dari 400 rumahtangga petani (RTP) yang memiliki lahan, ada 370 rumahtangga petani (RTP) dengan kepemilikan lahan kurang dari 0,5 hektar. Selain memiliki lahan sempit, mereka juga dihadapkan pada keterbatasan alam, yaitu lahan sawah yang mereka garap sangat tergantung dari ada tidaknya air hujan (sawah tadah ujan).
Peneliti menggunakan definisi petani gurem dari Scott (1981) yang menyatakan bahwa petani gurem adalah golongan orang-orang pasif. Namun data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa petani gurem di Desa Rowo bukan orang yang pasif. Untuk bertahan hidup dan meningkatkan mereka aktif dan bersungguh-sungguh dalam bekerja baik menjalankan usahatani maupun pekerjaan lain di luar usahatani. Scott (1981) juga memberikan deskripsi bahwa petani tidak akan mengambil tindakan yang berbahaya, beresiko tinggi dan mengancam tingkat subsistensi mereka. Menurutnya mereka ini adalah masyarakat yang “mendahulukan selamat” dan lebih memusatkan diri pada usaha menghindarkan jatuhnya produksi, bukan kepada usaha memaksimumkan keuntungan-keuntungan harapan. Data dalam penelitian ini menggambarkan sebaliknya. Sebagian petani gurem di Desa Rowo berani mengambil resiko. Perilaku berani mengambil resiko dicirikan salah satunya dari jenis komoditi yang diusahakan dan pekerjaan di luar usahatani yang ditekuni.
Berdasar data penelitian diketahui bahwa petani gurem di Desa Rowo bukan masyarakat yang homogen dan melulu bekerja di pertanian. Untuk itu, peneliti menduga ada dua golongan petani gurem di Desa Rowo, yaitu petani gurem Pengambil Resiko Tinggi (PRT) dan Pengambil Resiko Rendah (PRR). Masing-masing golongan memiliki ciri khas dan sifat/karakter yang berbeda. Petani gurem PRT di antaranya cenderung memiliki sifat atau karakter berani mengambil resiko, berpikir lebih komersial, berani keluar dari zona aman, dan gigih dalam menyelesaikan masalah. Petani gurem PRT menekuni usahatani atau pekerjaan lain yang cenderung lebih komersial, beresiko tinggi, membutuhkan modal besar, garapan atau pekerjaan rumit, membutuhkan curahan pikiran, konsentrasi, dan tenaga yang lebih besar. Usahatani atau pekerjaan lain yang memiliki ciri-ciri tersebut antara lain usahatani cabai, usahatani t3mbak4u, usahatani kembang kol, usahatani tomat, pengrajin atau pebisnis keranjang t3mbak4u, usaha camilan, usaha warung. Petani gurem PRR menjalankan usahatani atau pekerjaan lain yang cenderung lebih rendah resiko, tidak membutuhkan modal besar, garapan/pekerjaan relatif mudah, tidak membutuhkan banyak curahan pikiran dan konsentrasi. Usahatani atau pekerjaan lain yang memiliki ciri-ciri tersebut antara lain usahatani jagung, usahatani caisim, usahatani kacang panjang, usahatani ketela pohon, usahatani kacang tanah, usahatani ketela rambat, usahatani singkong, pengrajin keranjang sayur atau buah, sopir, ojek, tukang rongsok, tukang kayu, pengrajin batu bata, buruh tani, pedagang bibit, pedagang roti keliling (sales roti), guru honorer, TKI atau TKW, serabutan.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa Kebutuhan informasi petani gurem di Desa Rowo melekat pada masalah yang sedang dirasakan mereka pada saat bekerja baik menjalankan usahatani maupun pekerjaan lain di luar usahatani. Kebutuhan informasi dirasakan petani gurem di Desa Rowo sebagai suatu kondisi dimana pengetahuan mereka tidak cukup untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak atau pikiran mereka saat mereka ingin menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi. Pertanyaan-pertanyaan di benak mereka tersebut membuat mereka ingin mengetahui, penasaran, gundah atau gelisah, dan tidak ada kepastian.
Dari data penelitian, peneliti menduga kebutuhan informasi petani gurem Pengambil Resiko Tinggi (PRT) dan petani gurem Pengambil Resiko Rendah (PRR) berbeda. Namun, berkaitan dengan permasalahan umum petani di Desa Rowo baik petani gurem PRT maupun PRR memiliki kebutuhan informasi yang sama. Kebutuhan informasi petani gurem di Desa Rowo secara umum antara lain cara membuat pupuk organik, tanaman yang cocok untuk lahan di Desa Rowo, dan pekerjaan atau usaha lain yang lebih menguntungkan. Kedua golongan petani gurem baik petani gurem PRT dan PRR sama-sama memiliki kebutuhan informasi berkaitan dengan komoditi padi.
Kebutuhan informasi petani gurem PRT meliputi informasi yang lebih bersifat fluktuatif, akurat, perlu pemenuhan segera (berkaitan dengan waktu), berkaitan dengan untung atau rugi secara ekonomis maupun non ekonomis, perlu pemantauan terus menerus. Informasi yang dibutuhkan petani gurem PRT antara lain informasi pinjaman modal (cabai, t3mbak4u, keranjang t3mbak4u, usaha camilan, usaha warung), hama penyakit tanaman (cabai, kembang kol, tomat, t3mbak4u), perkembangan harga (cabai, kembang kol, tomat, t3mbak4u, bahan baku camilan, barang dagangan, debog, keranjang t3mbak4u), budidaya komoditi atau varietas pertanian yang sedang laku di pasaran, pembeli hasil panen, pemasaran (tenaga pemasaran camilan, perluasan pasar camilan dan roti).
Kebutuhan informasi petani gurem PRR meliputi informasi yang lebih stabil, rutin dan biasa, relatif rendah resiko, dan bagi petani gurem relatif tidak mendesak. Informasi yang dibutuhkan petani gurem PRR antara lain berkaitan dengan penunjang pekerjaan atau profesi sehari-hari (kendaraan yang rusak, teknik mengajar, kendaraan sewa, tempat kulakan, jenis keranjang sayur yang dipesan pembeli, upah atau honor terutang, premanisme penumpang ojek, keberadaan barang rongsok di rumahtangga, ketersediaan kayu bakar untuk batu bata, tumpangan transportasi), alternatif tempat bekerja sebagai buruh tani yang lebih dekat, hama penyakit tanaman jagung, teknologi (pemasaran sayuran yang lebih baik, peningkatan kualitas batu bata, pembakaran batu bata), perkembangan harga rutin (barang rongsok, keranjang sayur), pengguna jasa (tukang kayu, buruh tani).
Kebutuhan informasi petani gurem PRT berbeda dengan PRR. Jika informasi yang disajikan pada masing-masing mereka tidak tepat, maka kebijakan komunikasi menjadi kurang efektif dan efisien. Petani gurem PRT membutuhkan pemenuhan informasi segera karena berkaitan dengan untung rugi secara ekonomis dan non ekonomis (ketenangan hati), maka kebijakan informasi untuk mereka perlu memperhatikan unsur waktu tersebut. Meskipun kebutuhan informasi petani gurem PRR cenderung meliputi informasi yang stabil, tetapi mereka tetap membutuhkan informasi tertentu. Kebijakan komunikasi yang diterapkan lembaga informasi perlu tetap memperhatikan kebutuhan informasi petani gurem PRR.
Analisis Pustaka
Penelitian ini menambah pengetahuan mengenai pentingnya kebutuhan informasi yang diterima oleh petani harus sesuai dengan kebutuhan petani. Seperti yang diketanui, setiap petani memiliki kebutuhan yang berbeda-beda terhadap kebutuhan usahatani mereka, oleh karena itu informasi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan petani tersebut. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sesungguhnya perilaku komunikasi petani sangat aktif dalam mencari informasi, namun ketersediaan informasi yang tidak sesuai menyebabkan petani sulit untuk bergerak lebih jauh lagi.