Kebutuhan Informasi dalam Kehidupan

Kebutuhan Informasi dalam Kehidupan

Informasi adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul di saat petani berada dalam situasi bermasalah, yang mengurangi ketidakpastian, diciptakan petani dalam pikirannya, bersifat subyektif, berguna, dan berharga dalam usaha petani gurem untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu bekerja baik menjalankan usahatani maupun pekerjaan lain. Informasi juga dikolaborasikan dalam kaitannya dengan fungsinya. Beberapa fungsi informasi adalah mengurangi ketidakpastian, khususnya sebagai masukan untuk pemecahan masalah, pembuatan keputusan, perencanaan dan peningkatan pengetahuan (Dervin dalam Ihsaniyati, 2010).

Menurut Nicholas (2000) dalam Ihsaniyati (2010) menjelaskan bahwa kebutuhan informasi muncul ketika seseorang berkeinginan memenuhi satu atau lebih dari tiga kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, tempat tinggal, dan lainnya); kebutuhan psikologis (kekuasaan, rasa aman); dan kebutuhan kognitif (pendidikan, perencanaan). Meskipun bukan merupakan kebutuhan primer, kebutuhan informasi merupakan hal yang penting karena keberhasilan seseorang dalam memenuhi salah satu atau semua kebutuhan dasar dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan informasi.

Hasil penelitian-penelitian yang diperoleh pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa kebanyakan informasi yang diterima oleh petani tidak sesuai dengan kebutuhan dari petaninya itu sendiri. Hal tersebut mengakibatkan ketidakefektivan kegiatan pertanian yang dilakukan oleh petani. Ketidaksesuaian informasi pertanian yang diperoleh oleh petani disebabkan oleh keterbatasan akses yang dimiliki oleh petani. Petani hanya memanfaatkan hubungan antar petani atau dengan penyuluh dalam memperoleh informasi pertanian. Informasi pertanian tidak hanya diperoleh hanya dari sesama petani dan penyuluh semata, tetapi media massa (televisi dan radio) dan media cetak (majalah, tabloit, pamflet, dll) juga dapat memberikan informasi terkait pertanian.

Kenyataan yang diperoleh dari hasil penelitian-penelitian pada bab sebelumnya menyatakan bahwa media massa maupun media cetak kurang memberikan informasi terkait pertanian kepada petani.

Media tersebut kebanyakan menyajikan hiburan bagi khalayak yang mengaksesnya. Hal tersebut yang menyulitkan petani dalam memperoleh informasi pertanian sesuai dengan kebutuhan pertaniannya dan menyebabkan petani tidak dapat memperoleh informasi pertanian lebih selain dari komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok. Adapun jika media massa menyajikan informasi terkait pertanian, petani tidak dapat memanfaatkannya karena kegiatan pertanian di lahan sawah yang padat atau tayangan informasi pertanian tersebut tidak sesuai dengan jadwal instirahat petani. Pemanfaatan media komunikasi selain komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok kembali lagi terhadap minat, persepsi, dan motivasi petani dalam menggunakannya. Semakin besar minat petani untuk menyaksikan acara informasi pertanian maka akan semakin besar pula persepsi petani tentang peranan media massa dan media cetak dalam penyebaran informasi pertanian.

Uses and Gratification
Teori uses and grtification ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz yang mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut (Yosephine, 2012). Menurut Severin (2008) dalam Yosephine (2012) pendekatan uses and gratification ini tidak menekankan pada yang dilakukan media pada khalayak (what media do to people) melainkan yang dilakukan khalayak terhadap media (what people do to media). Khalayak dianggap secara aktif untuk menggunakan media-media demi memenuhi kebutuhan mereka.

Teori uses and gratifications dimulai di lingkungan sosial, di mana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Menurut Effendy (2003) dalam Yosephine (2012) kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut:

1. Cognitive needs (Kebutuhan Kognitif)
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan.

2. Affective needs (Kebutuhan Afektif)
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalamanpengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.

3. Personal intergrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif)
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.

4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif)
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

5. Escapist needs (kebutuhan Pelepasan)
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan dan kebutuhan akan hiburan.

Dengan kata lain, pengguna media itu adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Penggunaan media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya teori uses and gratification mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya (Yosephine, 2012).


Menurut Kriyantono (2006) dalam Yosephine (2012) pandangan teori uses and gratification ini khalayak pada dasarnya mempunyai motif-motif tertentu yang mendorong khalayak menggunakan media sebagai salah satu cara mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan mereka. Media dianggap berusaha memenuhi motif dari khalayak, sehingga jika motif khalayak terpenuhi maka kebutuhan dari khalayak pun tercapai. Inti Teori Uses and Gratification adalah khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel