Pengertian, Letak, Potensi dan Perkembangan Astronomi Indonesia
Pengertian astronomi
Astronomi adalah cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda langit (seperti halnya bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi) serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi (misalnya radiasi latar belakang kosmik). Ilmu ini secara pokok mempelajari berbagai sisi dari benda-benda langit seperti asal-usul, sifat fisika/kimia, meteorologi, dan gerak dan bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut menjelaskan pembentukan dan perkembangan alam semesta .
Ilmu astronomi merupakan jembatan antar manusia dengan jagad raya yang membantu kita mempelajari mengenai konstruksi dan sejarah terbentuknya alam. Manfaat dari ilmu ini sudah dirasakan sejak zaman dahulu. Contohnya adalah penggunaan perbintangan untuk menentukan arah navigasi yang sampai saat ini masih digunakan oleh para pelaut tradisional Indonesia. Ilmu astronomi juga digunakan untuk menentukan tanggal dan kalender muslim serta mengenali perubahan waktu.
Letak Indonesia secara astronomis
Secara pengertian, letak astronomis adalah letak suatu wilayah atau daerah yang didasarkan pada posisi garis bujur dan garis lintang astronomisnya. Letak ini merupakan letak yang mutlak dari keseluruhan suatu wilayah. Letak astronomis Indonesia merupakan letak atau posisi negara Indonesia yang ditentukan melalui koordinat garis lintang dan garis bujur.
Letak Indonesia secara astronomis 60LU-110LS dan antara 950BT-1410BT. Letak ini menunjukkan bahwa wilayah Indonesia dilalui oleh garis khatulistiwa atau equator, sehingga dengan ini Indonesia memiliki jenis iklim tropis. Kemudian karena berada pada posisi garis lintang tersebut maka Indonesia hanya mempunyai dua musim saja, yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Indonesia termasuk salah satu negara yang dilalui oleh garis horizontal khatulistiwa. Hal ini membuat Indonesia selalu disinari matahari sepanjang tahun. Dengan hanya ada dua musim yaitu kemarau dan hujan, Indonesia memiliki perbedaan dengan negara-negara subtropis yang mempunyai 4 musim dalam satu tahun, yaitu musim gugur, musim panas, musim semi, dan musim dingin. Pada kondisi tersebut menyebabkan Indonesia tidak dilalui oleh gerakan siklon dahsyat seperti badai tornado.
Potensi astronomi di Indonesia
Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pemanfaatan dan pengembangan teknologi antariksa apalagi hal ini didukung dengan keadaan geografis Indonesia yang terletak pada garis khatulistiwa dan memiliki tiga zona waktu. Letak Indonesia yang sebanyak 13% nya berada di bawah garis khatulistiwa ini menjadikannya tempat ideal untuk peluncuran roket satelit. Namun sangat disayangkan keberadaan pendidikan astronomi di Indonesia terbilang kurang mendapatkan perhatian baik dari masyarakatnya maupun pemerintah sekalipun.
Setelah diresmikannya UU No.21 tahun 2013 mengenai Keantariksaan, terlihat semakin bermunculan usaha-usaha para pencinta astronomi untuk menunjukkan ke-eksistensiannya. Keberadaan UU ini menjadi payung hukum keantariksaan yang menunjukkan kepedulian pemerintah yang selama ini absen dalam perkembangan astronomi4. Hadirnya UU ini telah memacu bermunculannya lembaga-lembaga Astronomi baik itu berbentuk pendidikan formal maupun informal sesuai dengan isi pasal 2 UU No.21 tahun 2013 yang menyatakan untuk mewujudkan dan mengoptimalkan daya saing bangsa dalam Penyelenggaraan Keantariksaan.
Berkembangnya perhatian terhadap astronomi ini tidak hanya ditunjukkan oleh para penggelut dan pencinta ilmu astronomi saja, tapi sampai dengan masyarakat awam. Banyaknya fenomena astronomi yang terjadi setiap tahunnya kurang lebih telah menarik rasa keingin tahuan masyarakat. Saat ini keberadaan klub-klub amatir pencinta astronomipun mulai bertumbuhan. Diawali dengan adanya Himpunan Astronomi Indonesia (HAI) sampai pada akhirnya banyak klub-klub serupa yang tumbuh di kota-kota lain seperti; JAC di Jogjakarta, CASA di Solo, HAAJ di Jakarta, dan masih banyak lainnya.
Dalam Olimpiade astronomi internasional yang diselenggarakan tiap tahun dari tahun 2004 juga menunjukkan tingginya minat siswa-siswi, khususnya di daerah Jawa, akan ilmu astronomi dimana mereka mampu bersaing bahkan mengungguli peserta dari Negara lain.
Perkembangan astronomi di Indonesia
Menurut Rayhan, Ketua Himpunan Astronomi Amatir Jakarta, selama ini fakta pemberian materi astronomi sangat sedikit. Dari 100% materi science yang diberikan, hanya 5-10% saja porsinya untuk astronomi.
Namun perkembangan pendidikan ini hanya terhenti sampai pada lembaga pendidikan SMA melalui ilmu sains seperti ilmu fisika. Kurang tersedianya sebuah sarana pendidikan formal tingkat lanjutan yang mewadahi minat dan bakat pelajar serta masyarakat umum di bidang ini menjadi salah satu kendala kurang berkembangnya ilmu astronomi di masyarakat, terutama Indonesia. Saat ini satu-satunya sarana pendidikan formal di Indonesia adalah Institut Teknik Bandung (ITB).
Selain itu, pola pikir masyarakat Indonesia yang sering beranggapan bahwa ilmu astronomi hanya bisa di geluti oleh orang-orang dengan tingkat ekonomi tinggi menjadi salah satu penghambat berkembangnya ilmu astronomi. Keberadaannya menjadi terbilang eksklusif dan di luar gapaian masyarakat. Ditambah lagi dengan tidak adanya sarana informal untuk meningkatkan persebaran ilmu ini semakin mendukung opini masyarakat di atas.