[Lengkap] Fungsi dan Manfaat Hutan Bakau (Mangrove)
Mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting diwilayah pesisir dan lautan. Secara lebih terperinci, fungsi dan manfaat bio-ekologis dan sosio-ekonomis dari hutan bakau (mangrove) menurut Purnobasuki (2005) dijabarkan sebagai berikut:
1. Tempat pemijahan (Nursery Ground)
Ekosistem mangrove terkenal sebagai bahan organik, yang merupakan mata rantai makanan di daerah pantai. Serasah daun mangrove yang subur dan berjatuhan di perairan sekitarnya diubah oleh mikroorganisme (terutama kepiting) dan mikroorganisme pengurai menjadi detritus, berubah menjadi bioplankton yang dimakan oleh binatang-binatang laut. Dengan demikian di lingkungan mangrove kaya akan zat nutrisi bagi ikan-ikan dan udang yang hidup di habitat tersebut.
2. Tempat berlindung fauna
Mangrove dengan tajuknya yang rata dan rapat , serta selalu hijau dan membentuk lapisan yang berbaris di sepanjang pantai merupakan tempat yang disukai oleh burung-burung besar sebagai tempat membuat sarang dan bertelur. Banyak jenis burung yang memanfaatkan mangrove sebagai sarangnya.
3. Habitat alami yang membentuk keseimbangan ekologis
Dalam lingkungan hutan mangrove terdapat beraneka macam biota yang satu dengan lainnya saling berinteraksi dalam kehidupannya. Dalam keadaan alami karagaman biota tersebut membentuk suatu keseimbangan, terutama kesimbangan antara prey (mangsa) dengan predator (pemangsa). Secara ekologis keseimbangan ini harus dijaga agar kehidupan alami dapat berjalan apa adanya. Namun dengan hilangnya salah satu komponen akan mengganggu keseimbangan tersebut dan pada akhirnya menuju pada rusaknya ekosistem hutan mangrove secara keseluruhan.
4. Perlindungan pantai terhadap bahaya abrasi
Sistem perakaran mangrove yang rapat dan terpancang sebagai jangkar, dapat berfungsi untuk meredam gempuran gelombang laut dan ombak, serta cengkeraman akar yang menancap pada tanah dapat menahan lepasnya partikel-pertikel tanah. Dengan demikian bahaya abrasi atau erosi oleh gelombang laut dapat dicegah.
5. Perangkap sedimen
Sistem perakaran mangrove juga efektif dalam menangkap partikel-partikel tanah yang berasal dari hasil erosi di sebelah hulu. Perakaran mangrove menangkap partikel-partikel tanah tersebut dan mengendapkannya. Dengan demikian akan terjadi suatu kondisi di mana endapan lumpur tidak hanyut oleh arus gelombang laut.
6. Penyerap bahan pencemaran
Tumbuhan mangrove yang tumbuh di sekitar perkotaan atau pusat pemukiman dan jalan perhubungan dapat berfungsi sebagai penyerap bahan pencemaran, gas buangan kendaraan, industri, dan sebagainya. Bahan buangan industri yang dibuang melalui sungai akan terbawa ke muara dan tersaring oleh perakaran mangrove.
7. Penahan angin laut
Jajaran tegakan mangrove yang tumbuh di pantai, melindungi pemukiman nelayan di sebelahnya (kearah daratan) dari hembusan angin yang kencang. Angin laut yang bertiup kencang kearah daratan dapat ditahan oleh lapisan hutan mangrove dan dibelokkan kearah atas. Dengan demikian pemukiman di belakang hutan mangrove tersebut akan terletak di belakang bayangan angin (leeding area). Pemukiman terlindungi dari hembusan angin yang kencang.
8. Sumber bahan obat
Sebagian besar dari tumbuhan mangrove bermanfaat sebagai bahan obat. Ekstrak dan bahan mentah dari mangrove telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir untuk keperluan obat-obatan alamiah. Campuran senyawa kimia bahan alam oleh para ahli kimia dikenal sebagai pharmacopoeia. Sejumlah tumbuhan mangrove dan tumbuhan asosiasinya digunakan pula sebagai bahan tradisional insektisida dan pestisida.
Fungsi dan manfaat hutan bakau (mangrove) bagi kehidupan di daerah pesisir
Fungsi dan manfaat hutan mangrove dalam kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir sangat banyak sekali. Baik itu langsung dirasakan oleh penduduk sekitar maupun manfaat dan fungsi yang tidak langsung dari hutan mangrove itu sendiri. Fungsi hutan mangrove dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu biologis/ekologis, fisik, dan ekonomi atau produksi.
a. Fungsi dan manfaat biologis/ekologis.
Hutan mangrove sebagai sebuah ekosistem terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik terdiri dari vegetasi mangrove yang meliputi pepohonan, semak, dan fauna. Sedangkan komponen abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hutan mangrove adalah pasang surut air laut, lumpur berpasir, ombak laut, pantai yang landai, salinitas laut, dan lain sebagainya.
Secara biologi hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai daerah berkembang biak (nursery ground), tempat memijah (spawning ground), dan mencari makanan (feeding ground) untuk berbagai organisme yang bernilai ekonomis khususnya ikan dan udang. Habitat berbagai satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, dan lain-lain. Selain itu, hutan mangrove juga merupakan sumber plasma nutfah.
Ekosistem hutan mangrove memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas primer ekosistem mangrove ini sekitar 400-500 gram karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebih produktif dari ekosistem perairan pantai lainnya. Oleh karenanya, ekosistem mangrove mampu menopang keanekaragaman jenis yang tinggi. Daun mangrove yang berguguran diuraikan oleh fungi, bakteri dan protozoa menjadi komponen-komponen bahan organik yang lebih sederhana (detritus) yang menjadi sumber makanan bagi banyak biota perairan (udang, kepiting dan lain-lain) (Kustanti, 2011).
b. Fungsi dan manfaat fisik
Secara fisik hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan dan gelombang dan angin kencang, mencegah intrusi garam (salt intrution) ke arah darat, mengolah limbah organik, dan sebagainya (Kusmana, 2008).
Istiyanto, Utomo dan Suranto (2003) menyimpulkan bahwa rumpun bakau (Rhizophora spp.) memantulkan, meneruskan, dan menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami ketika menjalar melalui rumpun tersebut. Hasil pengujian tersebut dapat digunakan dalam pertimbangan awal bagi perencanaan penanaman hutan mangrove bagi perendaman penjalaran gelombang tsunami di pantai.
Vegetasi mangrove juga dapat menyerap dan mengurangi pencemaran (polutan). Jaringan anatomi tumbuhan mangrove mampu menyerap bahan polutan, misalnya seperti jenis Rhizophora mucronata dapat menyerap 300 ppm Mn, 20 ppm Zn, 15 ppm Cu , dan pada daun Avicennia marina terdapat akumulasi Pb³ 15 ppm, Cd³ 0,5 ppm, Ni³ 2,4 ppm (Mukhtasor, 2007)
c. Fungsi dan manfaat ekonomi atau produksi.
Mangrove sejak lama telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Tercatat sekitar 67 macam produk yang dapat dihasilkan oleh ekosistem hutan mangrove dan sebagian besar telah dimanfaatkan oleh masyarakat, misalnya untuk bahan bakar (kayu bakar, arang, 4lk*h*l); bahan bangunan (tiang-tiang, papan, pagar); alat-alat penangkapan ikan (tiang sero, bubu, pelampung, tanin untuk penyamak); tekstil dan kulit (rayon, bahan untuk pakaian, tanin untuk menyamak kulit); makanan, minuman dan obat-obatan (gula, 4lk*h*l, minyak sayur, cuka); peralatan rumah tangga (mebel, lem, minyak untuk menata rambut); pertanian (pupuk hijau); chips untuk pabrik kertas dan lain-lain (Kustanti, 2011)
Dari kawasan hutan mangrove dapat diperoleh tiga macam manfaat. Pertama, berupa hasil hutan, baik bahan pangan maupun bahan keperluan lainnya. Kedua, berupa pembukaan lahan mangrove untuk digunakan dalam kegiatan produksi baik pangan maupun non-pangan serta sarana/prasarana penunjang dan pemukiman. Manfaat ketiga berupa fungsi fisik dari ekosistem mangrove berupa perlindungan terhadap abrasi, pencegah terhadap rembesan air laut dan lain-lain fungsi fisik.