Ciri - Ciri Hutan Bakau [Mangrove] Menurut Ahlinya
Hutan bakau adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang di dominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin (Nybakken, 1988).
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baca: Ciri - Ciri Pohon Beringin Serta Morfologinya
Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu. Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut.
Ciri - Ciri Hutan Bakau [Mangrove] Menurut Ahlinya
Ciri-ciri hutan bakau (mangrove) menurut Soerianegara dan Indrawan (1982) adalah sebagai berikut : tidak dipengaruhi iklim, terpengaruh pasang surut, tanah tergenang air laut atau berpasir dan tanah liat, tanah rendah pantai, hutan tidak mempunyai stratum tajuk, tinggi mencapai 30 meter.
Adapun ciri-ciri ekosistem hutan bakau (mangrove) menurut Lembaga Pusat Penelitian (LPP) Mangrove (2008) sebagai berikut:
a) Ciri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik, adalah :
1) Memiliki jenis pohon yang relatif sedikit
2) Memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau (Rhizophora spp.), serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada (Sonneratia spp.) dan pada api-api (Avicennia spp.)
3) Memiliki biji yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora
4) Memiliki lentisel pada bagian kulit pohon
b) Tempat tumbuh hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya adalah :
1) Tanah tergenang air laut secara berkala, baik setiap harinya atau hanya tergenang pada saat pasang purnama
2) Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat
3) Daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat
4) Airnya berkadar garam (bersalinitas), dari payau (2-22 ‰) hingga asin
Tempat ideal bagi pertumbuhan hutan mangrove adalah di sekitar pantai, delta, muara sungai yang arus sungainya banyak mengandung pasir dan lumpur serta umunya pada pantai landai yang terhindar dari ombak besar. Vegetasi mangrove mempunyai zonasi yang khas, dicirikan oleh adanya perbedaan jenis yang tersusun menurut urutan tetentu walaupun dengan batas yang kurang jelas. Secara ekologis zonasi jenis di hutan mangrove dari arah laut ke darat berturut-turut adalah Sonneratia spp, Rhizophora spp, Bruguiera spp, Ceriops spp, Lumnitzera spp dan Xylocarpus spp. Dari seluruh jenis ini, nilai ekonomi kayu Rhizophora spp dan Bruguiera spp paling tinggi (Sagala, 1994).
Hutan mangrove bagi kebanyakan pantai pesisir di Sumatra utara merupakan suatu daerah pinggiran yang berguna dan produktif, dan juga melindungi pesisir dari ombak dan perembesan air asin, dan selanjutnya mempunyai fungsi dan potensi yang secara garis besarnya dapat dibagi tiga aspek : (1) aspek fisik, (2) aspek biologi, dan (3) aspek ekonomis (Anwar, Damanik, Hisyam, & Whitten, 1984).
Mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan lingkungan hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus.
Menurut LPP Mangrove (2008) meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove dapat tumbuh dengan baik di air tawar. Hal ini terlihat pada jenis Bruguiera sexangula, Bruguiera gymnorrhiza, dan Sonneratia caseolaris tumbuh, berbuah dan berkecambah di Kebun Raya Bogor dan hadirnya mangrove di sepanjang tepian Sungai Kapuas, sampai ke pedalaman sejauh lebih dari 200 km, di Kalimantan Barat.