Taksonomi dan Morfologi (Botani) Tanaman Buncis [Lengkap]
Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman sejenis polong-polongan yang dapat dimakan. Buah, biji, dan daunnya bisa dimanfaatkan sebagai sayuran. Sayuran ini kaya akan protein dan vitamin serta dapat membantu menurunkan tekanan darah serta mengawal metabolisme gula dalam darah dan sangat sesuai dimakan oleh mereka yang mengidap diabetes atau hipertensi. Kandungan serat dan enzim yang tinggi dapat membantu penurunan berat badan (Wikipedia, 2010.)
Menurut Depe (2010), kandungan gizi buncis cukup tinggi terutama pada karbohidrat dan protein. Buncis juga mengandung serat larut yang dapat membantu mengatur fungsi pencernaan sehingga dapat mencgah ambien. Untuk keterangan lebih lanjut tentang kandungan gizi buncis dapat dilihat pada Lampiran 1.
Buncis dapat ditanam di daerah dataran tinggi dan dataran rendah, tergantung pada varietasnya. Tanaman buncis dapat tumbuh baik dan produksinya tinggi bila ditanam di dataran rendah dengan ketinggian tempat 200-300 meter dari permukaan laut (m dpl) untuk tanaman buncis tipe merambat dapat tumbuh baik dan produksinya tinggi bila ditanam di daerah dataran tinggi dengan ketinggian tempat 1.000-1.500 m dpl. Tanaman buncis tipe merambat dapat juga ditanam di daerah yang berketinggian antara 500-600 m dpl namun hasilnya tidak sebaik yang ditanam di dataran yang lebih tinggi (Cahyono, 2003).
Buncis peka terhadap salinitas, kekeringan, genangan dan kelebihan boron tanah, sifat-sifat tanah yang baik untuk buncis adalah gembur, remah, subur dan agak asam paling disukai, keasaman (pH) optimum berkisar antara 5,5-6,5, dan selama penanaman biji tidak boleh bersinggungan langsung dengan pupuk (Naturindonesia, 2010).
Di Indonesia umumnya tanaman buncis dibudidayakan di daerah dataran tinggi, tetapi ada beberapa varietas yang adaptif pada daerah dataran rendah. Luas pertanaman buncis di Indonesia sampai tahun 2007 telah mencapai 31.330 ha dengan rata-rata hasil 7,59 t.ha ˉ¹, padahal potensi hasil tanaman buncis rata-rata di atas 25 t.haˉ¹. Bertambahnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi, mengakibatkan permintaan buncis mengalami kenaikan (Hodiyah, Kurniati dan Puspita, 2009).
Menurut SIPUK – Bank Sentral Reublik Indonesia (2007), sentra produksi sayuran buncis berada di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Kabupaten ini juga menjadi satu-satunya pemasok utama sayuran buncis bagi pemenuhan konsumsi masyarakat di wilayah/kabupaten sekitarnya termasuk Kabupaten Hulu Sungai Utara. Data ini menunjukkan bahwa peluang agribisnis buncis cukup menjanjikan sebab budidaya buncis pada lahan rawa lebak di Kabupaten Hulu Sungai Utara belum bahkan hampir tidak pernah diusahakan secara besar-besaran dan serius, sehingga data statistik untuk jenis tanaman ini pun belum terdata oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Taksonomi Tanaman Buncis
Tanaman buncis dalam ilmu tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta (tanaman berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (biji berada di dalam buah)
Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua atau biji belah)
Ordo : Leguminales
Famili : Leguminoceae (kacang-kacangan)
Subfamili : Papilionaceae
Genus : Phaseolus
Species : Phaseolus vulgaris
Morfologi Tanaman Buncis
Menurut Depe (2010), sayuran ini sangat kaya akan protein dan vitamisn yang spesial yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol, mencegah kanker, menstabilkan tekanan darah serta mengontrol insulin dan gula darah, jadi sangat cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes.
Menurut Cahyono (2003) buncis (Phaseolus vulgaris L.) termasuk jenis sayuran polong semusim (berumur pendek) seperti halnya kacang kapri, kacang panjang, kecipir, cabe, pare, labu, mentimun dan sebagainya. Tanaman buncis berbentuk semak atau perdu. Tinggi tanaman buncis tipe tegak berkisar antara 30-50 cm tergantung pada varietasnya sedangkan tinggi tanaman buncis tipe merambat dapat mencapai 2 meter. Secara morfologi bagian atau organ-organ penting tanaman buncis adalah akar, batang, daun, bunga, polong dan biji.
Tanaman buncis berakar tunggang dan berakar serabut. Akar tunggang tumbuh lurus ke dalam (vertikal) hingga kedalaman sekitar 11-15 cm sedangkan akar serabut tumbuh menyebar (horizontal) dan tidak dalam. Perakaran tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik bila tanahnya gembur, mudah menyerap air (porous) dan subur. Perakaran tanaman buncis tidak tahan terhadap genangan air. Akar tanaman buncis merupakan bagian dari organ tubuh yang berfungsi untuk berdirinya tanaman serta penyerapan zat hara dan air (Cahyono, 2003).
Batang tanaman buncis berbengkok-bengkok, berbentuk bulat, berbulu atau berambut halus, berbuku-buku atau beruas-ruas, lunak tetapi cukup kuat. Ruas-ruas batang mengalami penebalan. Batang tanaman berukuran kecil dengan diameter batang hanha beberapa milimeter, berwarna hijau, tetapi ada pula yang berwarna ungu tergantung pada varietasnya, bercabang banyak yang menyebar merata sehingga tanaman tampak rimbun (Cahyono, 2003).
Daun tanaman buncis berbentuk bulat lonjong, ujung daun runcing, tepi daun rata, berbulu atau berambut sangat halus dan memiliki tulang-tulang menyirip. Kedudukan daun tegak agak mendatar dan bertangkai pendek. Setiap cabang tanaman terdapat tiga daun yang kedudukannya berhadapan. Ukuran daun buncis sangat bervariasi tergantung pada varietasnya. Daun yang berukuran kecil memiliki ukuran lebar 6-7,5 cm dan panjang 7,5-9 cm sedangkan daun yang berukuran besar memiliki ukuran lebar 10-11 cm dan panjang 11-13 cm (Cahyono, 2003).
Menurut Cahyono (2003), bunga tanaman buncis berukuran kecil, berbentuk bulat panjang (silindris) dengan ukuran panjang 1,3 cm dan lebar bagian tengah 0,4 cm. Kelopak bunga berjumlah 2 buah dan pada bagian bawah atau pangkal bunga berwarna hijau, tangkai panjang sekitar 1 cm. Bagian lain dari bunga buncis adalah mahkota bunga yang memiliki warna beragam ada yang berwarna putih, hijau keputih-putihan, ungu muda dan ungu tua tergantung pada varietasnya. Mahkota bunga berjumlah 3 buah, dimana yang 1 buah berukuran lebih besar daripada yang lainnya.
Bunga tanaman buncis merupakan malai (panicle). Tunas-tunas utama dari panicle bercabag-cabang dan setiap cabang tumbuh tunas bunga, tergolong ke dalam jenis bunga sempurna atau berkelamin ganda (hermaphrodit) karena benang sari atau tepung sari dan kepala benang sari atau kepala putik terdapat dalam satu tandan bunga. Persarian bunga tanaman buncis dapat terjadi dengan bantuan serangga atau angin. Bunga buncis tumbuh dari cabang yang masih muda atau pucuk muda (Cahyono, 2003).
Polong buncis memiliki bentuk dan warna bervariasi tergantung pada varietasnya, ada yang berbentuk pipih dan lebar yang panjangnya lebih dari 20 cm, bulat lurus dan pendek kurang dari 12 cm serta berbentik silindris agak panjang sekitar 12-20 cm. Polong buncis ada yang berwarna hijau tua, ungu, hijau keputih-putihan, hijau terang, hijau pucat dan hijau muda. Memiliki struktur halus, tekstur renyah, ada yang berserat dan tidak berserat, ada yang bersulur pada ujung polong dan ada yang tidak. Polong buncis tersusun bersegmen-segmen. Jumlah biji di dalam 1 polong bervariasi antara 5-14 buah tergantung pada panjang polong (Cahyono, 2003).
Biji buncis yang telah tua agak keras dan warnanya sangat bervariasi tergantung pada varietasnya, ada yang berwarna putih, hitam, coklat, coklat keunguan, coklat kehitaman, merah dan ungu tua. Memiliki rasa hambar, dengan ukuran agak besar, berbentuk bulat lonjong dengan bagian tengah (mata biji) agak melengkung (cekung), berat biji buncis berkisar antara 16-40,6 g (berat 100 biji) tergantung pada varietasnya (Cahyono, 2003).
Varietas buncis yang cocok untuk dataran rendah dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buncis tipe merambat dari salah satu varietas hibrida unggul yang diintroduksi dari negara Thailand yaitu Lebat-3. Varietas ini cocok ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi. Daya tumbuh benih mencapai 90%. Pertumbuhan tanaman kuat, merambat dengan tinggi mencapai 2 meter. Bentuk buah silindris atau gilig dengan panjang ± 16, 6 cm, diameter ± 0,8 cm. Buah berwarna hijau muda dengan permukaan kulit halus dan biji berwarna putih. Tekstur buah renyah tidak berserat dengan rasa yang manis.umur panen ± 42 hari setelah tanam (hst) dengan potensi hasil 1,4 kg/ tanaman dan kebutuhan bibit ± 15 kg.ha ˉ¹, dengan jarak tanam 40 x 50 cm (Pitojo, 2010).
Kriteria tanaman buncis siap panen adalah warna polong agak muda dan suram, biji dalam polong belum menonjol, bila polong dipatahkan akan menimbulkan bunyi letupan kecil dengan ukuran panjang polong ± 15-17 cm tergantung pada varietas. Umumnya pemanenan dilakukan secara bertahap yaitu setiap 2-3 hari sekali atau ± sebanyak 7 kali panen. Rentang waktu yang cukup singkat juga cocok dengan kondisi iklim yang saat ini cenderung ekstrim, tidak menentu dan diprediksikan lagi (Kuring, 2007).