Pengendalian Kutu Daun (Ferrisia virgata Cockerell) dengan Beberapa Pestisda Nabati

Ferrisia virgata Cockerell adalah kutu bertepung putih yang tergolong hama utama pada jarak pagar. Hama ini selalu ditemukan pada pertanaman terutama pada akhir musim hujan dan selama musim kemarau di KIJP Pakuwon (Karmawati dan Rumini, 2006).

Pengendalian Kutu Daun (Ferrisia virgata Cockerell) dengan Beberapa Pestisda Nabati

Ciri-cirinya adalah ukuran tubuh cukup besar, bentuk oval, panjang sampai 4 mm, agak pipih, beberapa dengan benjolan-benjolan pendek di sepanjang sisi tubuhnya. Kutu ini meng- hasilkan sekresi lilin berwarna putih dalam tepung untuk melindungi tubuhnya (Kalshoven, 1981).

Penyebarannya sangat dibantu oleh angin, hujan, dan semut. Kutu dapat bersifat sebagai vektor. Seluruh bagian tanaman jarak pagar dapat diserang seperti pucuk, daun, bunga, dan buah. Petani sampai saat ini belum dapat melepas- kan diri dari pestisida. Walaupun harganya relatif mahal, tetapi mudah sekali digunakan dan hasilnya dapat dilihat langsung setelah perlakuan. 

Untuk menghadapi tantangan yang demikian, perlu dipilih alternatif yang cara kerjanya mirip dengan insekti- sida tetapi tidak memberikan efek terhadap lingkungan. Satu alternatif pengendalian hama yang murah, praktis, dan relatif aman terhadap kelestari- an lingkungan adalah insektisida yang bahan baku nya berasal dari tumbuhan. Insektisida tersebut dapat dibuat dengan pengetahuan yang terbatas dan mudah terurai di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan sekitarnya termasuk manusia dan he- wan. 

Secara evolusi tumbuhan telah mengem- bangkan bahan metabolit sekunder sebagai alat pertahanan alami terhadap serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya bahan bioaktif. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang ter- masuk ke dalam 235 famili dilaporkan mengan- dung bahan pestisida (Kardinan, 1999). 

Apabila tumbuhan tersebut dapat diolah menjadi bahan pes- tisida, maka masyarakat petani akan sangat terban- tu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya.

Ada 4 kelompok insektisida nabati yang telah lama dikenal (Oka, 1993) yaitu (1) Golongan nikotin dan alkaloid lainnya, bekerja sebagai insektisida kontak, fumigan atau racun perut, terbatas pada serangga yang kecil dan bertubuh lunak, (2) Piretrin, berasal dari Chrysanthemum cinerarifolium, bekerja menyerang syaraf pusat, dicam- pur dengan minyak wijen, talk atau tanah lempung digunakan untuk lalat, nyamuk, kecoa, hama gudang, dan hama penyerang daun, (3) Rotenon dan rotenoid, berasal dari tanaman Derris sp. dan bengkuang (Pachyrrhizus eroses) aktif sebagai racun kontak dan racun perut untuk berbagai serangga hama, tapi bekerja sangat lambat, (4) Azadirachtin, berasal dari tanaman mimba (Azadirachta indica), bekerja sebagai “antifeedant” dan selektif untuk serangga pengisap sejenis wereng dan penggulung daun, baru terurai setelah satu minggu.

Percobaan ini dilaksanakan di rumah kaca Balittro, Bogor dari bulan Februari–September 2007. Bibit jarak pagar IP-1P telah disiapkan sebelumnya sejumlah yang diperlukan selain untuk perbanyakan F. virgata dan perlakuan. Perlakuan yang dicobakan 7, yaitu 4 pestisida nabati (organeem, biji mimba, daun t3mbak4u, kacang b4bi), 2 jenis pestisida yang berbahan aktif klorpirifos dan kontrol. 

Perlakuan jamur B. bassiana juga dicoba- kan secara terpisah dan dibandingkan dengan kon- trol. Satu unit percobaan terdiri atas 10 tanaman dan diulang tiga kali. Perlakuan disusun dalam ran- cangan acak kelompok. Penyemprotan (aplikasi perlakuan) dicoba dua macam, yaitu 1 minggu sekali dan 2 minggu sekali. Parameter yang diamati adalah populasi hama hidup. 

Investasi kutu daun F. virgata pada awal percobaan dimulai dengan jumlah yang sama, yaitu 10 ekor per tanaman. Pengamatan yang dilakukan tergantung pada aplikasi, kalau aplikasi hanya 4 kali dalam 2 bulan maka pengamatan empat kali. Kalau aplikasi 8 kali, maka pengamatan 8 kali sesudah aplikasi. Populasi hama pada masing-masing perlakuan sangat berfluktuasi oleh sebab itu untuk menampilkan populasi secara keseluruhan digunakan histogram. 

Terlihat bahwa penyemprotan satu kali dalam seminggu lebih dianjurkan dibandingkan dengan penyemprotan dua kali karena keempat jenis pestisida nabati dapat menekan populasi sampai 50 kutu daun per 10 tanaman dibandingkan dengan penyemprotan dua minggu sekali yang malah menaikkan populasi dari 50 menjadi 300 per 10 tanaman. Pengendalian dengan bahan kimia memang paling efektif, namun dapat membunuh serangga berguna lainnya, berdasarkan pengalaman proporsi serangga yang berguna lebih banyak dibandingkan proporsi serangga hama (Rumini, 2006).

Posisi populasi, pengaruh aplikasi pestisida nabati tidak berbeda satu sama lain kecuali dengan pestisida kimia.    

Pengaruh jamur B. bassiana cukup signifikan bila dibandingkan dengan kontrol (tanpa perlakuan). Berbeda dengan pengaruh pestisida nabati, aplikasi 2 minggu sekali tidak berbeda dengan 1 minggu sekali.  

KESIMPULAN
Pestisida nabati mudah terurai bahan aktifnya  di lapangan oleh sebab  itu  penyemprotan  seminggu sekali lebih baik hasilnya dibandingkan dua minggu sekali. Populasi F. virgata lebih rendah bila dibandingkan tanpa dikendalikan sama se- kali, tapi lebih tinggi bila dibandingkan pestisida kimiawi. Penggunaan B. bassiana lebih baik dibandingkan pestisida nabati karena populasinya lebih stabil dan lebih rendah dari kontrol.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel