2 Faktor Penyebab Kerusakan Ekosistim Pesisir Serta Contohnya

2 Faktor Penyebab Kerusakan Ekosistim Pesisir Serta Contohnya

Dilihat dari penyebabnya, kerusakan ekosistem pesisir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Kerusakan karena faktor alam.  Contoh-contoh penyebab kerusakan ekosistem pesisir karena faktor alam adalah gempa, tsunami, badai, banjir, el-Nino, pemanasan global, predator.

b. Kerusakan akibat aktivitas manusia atau antropogenik.  Contoh-contoh penyebab kerusakan akibat aktivitas manusia adalah penggunaan alat-alat penangkapan ikan yang membahayakan (dinamit/bahan peledak, racun/tubalpotas), penambangan karang dan pasir, reklamasi, limbah pertanian, sedimentasi sebagai akibat di daerah hulu karena penebangan dan penggundulan hutan, limbah sisa buangan baik dari aktivitas rumah tangga maupun industri yang ada di daerah daratan, pembuangan jangkar perahu nelayan, konversi mangrove untuk peruntukan lain seperti pembukaan tambak garam, ikan, maupun udang, penebangan mangrove untuk kayu bakar, bahan bangunan dan bahan baku kertas.

Kerusakan terumbu karang umumnya disebabkan oleh kegiatan-kegiatan perikanan yang bersifat destruktif, yaitu penggunaan bahan-bahan peledak, bahan beracun sianida, dan juga aktivitas penambangan karang untuk bahan bangunan. pembuangan jangkar perahu, dan sedimentasi tanah akibat meningkatnya erosi dari lahan atas.  Kegiatan perikanan destruktif ini tidak hanya dilakukan oleh nelayan tradisional, tetapi juga oleh nelayan-nelayan modern dan juga nelayan asing yang melakukan kegiatan pencurian ikan di perairan nusantara.

Hal yang sama juga terjadi pada ekosistem hutan mangrove.  Penyebab penurunan luasan mangrove tersebut adalah karena adanya peningkatan kegiatan yang mengkonversi hutan mangrove menjadi peruntukan lain seperti pembukaan tambak, pengembangan kawasan industri dan permukiman di kawasan pesisir serta penebangan hutan mangrove untuk kebutuhan kayu bakar, arang dan bahan bangunan. 

Solusi kerusakan ekosistim pesisir dengan citra inderaja
Melihat kondisi awal dari keadaan pesisir atau tepatnya ekosisitem pesisir, maka perlu dicari suatu cara untuk memantau dan melihat perubahan lingkungan pesisir yang diakibatkan oleh hal-hal yang telah disebutkan diatas. Citra inderaja (=penginderaan jarak jauh) adalah suatu alternatif yang baik dipergunakan selain survei langsung ke lokasi.

Citra Inderaja adalah rekaman permukaan bumi dari jarak tertentu yang dapat diinterpretasikan untuk mengetahui jenis unsurnya (dengan menerapkan 8 kunci interpretasi) dengan tanpa menyentuh langsung objectnya. Jadi yang termasuk citra disini adalah : rekaman foto udara (B/W maupun Color), citra SPOT-Perancis, Citra IKONOS, Citra Landsat-USA atau citra Radar, dsb.

Didalam makalah ini kombinasi penggunaan citra dari berbagai hasil rekamam dipergunakan untuk melihat hasil perubahan tutupan yang dapat direkam minimal dengan selang waktu yang berbeda (multi temporal images) dan dengan menerapkan metoda RGB untuk melihat ketepatan lokasi unsur yang berubah tersebut.

Tetapi dengan adanya citra IKONOS yang mempunyai resolusi sampai dengan 1 meter, maka dengan cara visualpun sebenarnya sudah dapat diketahui perubahan tersebut, tapi untuk mengetahui secara tepat unsur mana yang berubah kembali metoda R-G-B dipergunakan, gambar 3, dan 4 menyajikan contoh penerapan metoda tersebut.

Dari rekaman suatu citra (foto udara, citra satelit) dapat dilihat keadaan tutupan pada saat citra direkam. Sedangkan untuk melihat perubahan, kerusakan liputan lahan/ kondisisi pantai, pesisir, terumbu karang, mangrove dsb; maka perlu di pergunakan minimum dua citra yang berlainan saat perekamannya. Hal ini dimaksud agar dapat dilihat apakah citra yang terdahulu berbeda dengan citra yang sekarang. Jika terjadi perbedaan, maka hal tersebut dikatakan perubahan tutupan (liputan lahan untuk didarat). Sedangkan perbedaan tutupan tersebut apakah akibat pembangunan, bencana alam ataupun kerusakan, hal ini hanya dapat dibuktikan jika dilaksakan survei lapangan (groud check).

Jika diinginkan suatu hasil statistik prihal seberapa luasan dari perubahan/ kerusakan dari tutupan tersebut, maka perlu dipergunakan metoda kombinasi band dengan memberikan ciri warna yang diambil dari sifat warna primer untuk cahaya yaitu Red, Blue dan Green (lihat gambar 2) , jika citranya hanya dua waktu maka dipergunakan hanya dua warna pilihan tersebut (Red~Blue atau Red~Green atau Green~Blue). Jika Red~Green yang dipilih, citra pertama merah dan citra kedua hijau, maka akan terjadi pergeseran warna dari Merah (red) ~ Yellow (kuning) ~ Green (hijau), artinya semua citra dengan warna merah adalah unsur yang hanya ada di citra pertama sedang warna hijau menyatakan unsur yang hanya terdapat di citra kedua dan warna kuning menyatakan tidak berubah keduanya.


Hasil perubahan liputan lahan tersebut baru dapat dilihat apakah terjadi kerusakan, pembangunan, dan berapa tingkat kerusakannya. Untuk melihat hal-hal tersebut diatas

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel