Fungsi Hormon Progesteron Pada Masa Kehamilan
Fungsi Hormon Progesteron Pada Masa Kehamilan
Hormon progesteron adalah hormon seks steroid yang dibentuk terutama di dalam folikel ovarium dan plasenta.
Hormon progesteron adalah hormon seks wanita yang diproduksi oleh indung telur (ovarium) dan kelenjar adrenal. Selain berfungsi menjaga kehamilan dan tumbuh kembang embrio, progesteron berfungsi untuk mengatur siklus menstruasi dengan mengendalikan pertumbuhan jaringan dinding rahim (endometrium).
Baca juga: Cara Alami Mengurangi Hormon Androgen Pada Wanita
Hormon progesteron dihasilkan oleh corpus luteum dan berperan dalam proses reproduksi. Hormon progesteron memiliki beberapa pengaruh yaitu menstimulasi pertumbuhan sistem glanduler pada endometrium uterus yang telah disensitifkan terlebih dahulu oleh estrogen, mempertahankan kebuntingan dengan menghasilkan suatu endometrial yang sesuai untuk kelanjutan hidup dan perkembangan embrio.
Progesteron bertanggung jawab dalam fase sekresi endometrium ketika siklus birahi, menyiapkan uterus untuk proses konseptus, menjaga uterus ketika proses kebuntingan, mengurangi frekuensi kontraksi myometrium, menstimulasi sekresi mucus dan menstimulasi sekresi susu. Hormon progesteron juga berperan dalam menstimulasi pertumbuhan lobula dan alveoli dari kelenjar mammae (Hafez, 2000).
Fungsi hormon progesteron seara umum
Fungsi hormon progesteron adalah sebagai berikut : (Winkjosastro, 1999)
- Penyebab perubahan sekretorik (proses pengeluaran getah) pada lapisan endometrium uteri. Peningkatan pengaruh hormon progesteron yang lebih lama akan menyebabkan penyusutan dari lapisan endometrium uteri sehingga tidak memungkinkan terjadinya proses implantasi dari hasil konsepsi.
- Pendukung utama terjadinya konsepsi dan implantasi
- Menurunkan getah serviks uteri pada fase luteal dan membentuk jala-jala tebal diuterus sehingga menghambat jalan masuknya sperma ke dalam uterus
- Menurunkan tonus lapisan mioetrium uteri sehingga akan memperlambat aktivitas kontraksi dari uterusnya.
Fungsi hormon progesteron pada kehamilan
Salah satu fungsi atau peran dari hormon progesteron adalah sebagai pendukung utama terjadinya proses kehamilan. Apabila proses kehamilan tersebut tidak terjadi, peningkatan hormon progesteron akan mengikuti terjadinya penurunan hormon LH dan secara langsung hormon progesteron (bersama dengan hormon estrogen) akan melakukan penghambatan terhadap pengeluaran hormon FSH, LH, dan LHRH, yang derajat hambatannya bergantung pada konsentrasi dan lamanya pengaruh hormon progesteron tersebut, sehingga proses sintesis dan sekresi dari ketiga hormon hipofisis tersebut, memungkinkan terjadinya pertumbuhan folikel-folikel dan proses ovulasi di ovarium selama fase luteal, akan berkurang atau berhenti, dan akan menghambat juga perkembangan dari korpus luteum.
Berikut ini merupakan peran progesteron di masa kehamilan, diantaranya:
- Di masa kehamilan, hormon ini diproduksi di plasenta.
- Membuat kerja sistem pencernaan jadi lambat, hingga perut cenderung gampang kembung.
- Menyebabkan gangguan tidur, terutama pada trimester pertama. Sementara pada trimester kedua umumnya sudah terjadi keseimbangan hormon, sehingga ibu pun sudah mampu menyesuaikan diri dengan bisa tidur tenang. Akan tetapi memasuki trimester ketiga, ibu hamil akan kembali mengalami susah tidur. Bukan karena gejolak hormonal, melainkan lantaran ukuran kandungan terus makin membesar, sehingga tidur pun jadi sangat tak nyaman.
- Menyebabkan jaringan-jaringan halus pada saluran pernapasan mengalami pembengkakan dan menghalangi aliran napas. Itulah mengapa, saat tidur, terutama sepanjang trimester kedua, ibu hamil akan sulit bernapas dan cenderung mendengkur meski sebelumnya bukan pendengkur. Dengkuran ini bisa diantisipasi dengan tidur dalam posisi miring.
- Berfungsi membangun lapisan di dinding rahim guna menyangga plasenta di dalam rahim.
- Menyebabkan relaksasi usus, hingga daya dorong usus terhadap sisa makanan juga mengalami penurunan. Akibatnya, sisa makanan gampang menumpuk, sehingga ibu jadi gampang sembelit.
- Progesteron mencegah pengerutan otot-otot rahim, sehingga persalinan dini/prematur bisa dihindari dengan meningkatnya produksi hormon ini.
- Hormon ini pun membantu menyiapkan payudara, yakni dengan memacu aktivitas kelenjar susu sekaligus membentuk puting susu jadi lebih menonjol untuk memudahkan proses pemberian ASI.
- Meningkatkan suhu tubuh, menyebabkan mual sekaligus menurunkan gairah seks.
- Membuat dinding pembuluh darah mengalami pelebaran, sehingga terjadilah penurunan tekanan darah. Akibatnya, ibu hamil sering merasa pusing.
- Memicu terjadinya peradangan gusi, antara lain akibat terjadinya pelebaran pembuluh darah yang mengakibatkan bertambahnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh, termasuk gusi. Konsekuensinya, gusi jadi bengkak dan mudah mengalami perdarahan sejak trimester pertama hingga trimester akhir. Nah, bila kondisi kebersihan dan kesehatan daerah mulut kurang mendapat perhatian, bukan tidak mungkin terjadilah peradangan gusi. Kondisi seperti ini akan berangsur pulih pada kehamilan bulan kesembilan atau beberapa hari setelah melahirkan.
Pada saat kehamilan, progesteron akan diproduksi pada plasenta pada level tinggi. Kombinasi yang terjadi antara progesteron serta estrogen akan menekan periode ovulasi yang lebih lanjut. Selain itu, perubahan dan perkembangan payudara juga terjadi pada masa kehamilan. Hal ini dikarenakan hormon ini mendorong tumbuhnya kelenjar penghasil susu.
Kelebihan hormon progesteron
Efek hormon progesteron yang tinggi berhubungan dengan kondisi hiperplasia adrenal kongenital dan peningkatan risiko untuk berkembangnya kanker payudara. Namun kadar progesteron yang tinggi ini adalah konsekuensi dari penyakit tersebut dan bukan yang menjadi penyebab penyakit tersebut.
Peningkatan hormon progesteron menyebabkan otot-otot rahim mengendur dan otot dinding usus sehingga menyebabkan sembelit. Dampak positifnya adalah penyerapan nutrisi jadi lebih baik saat hamil.
Peningkatan produksi hormon progesteron yang telah dimulai sejak akhir fase folikuler akan terus berlanjut sampai akhir sampai akhir fase luteal. Hal ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas hormon estrogen dalam menyintesis reseptor-reseptornya (reseptor hormone LH dan progesteron) di ovarium dan terjadinya perubahan sintesis hormonhormon seks steroid (hormon estrogen menjadi hormon progesteron) di dalam sel-sel granulose ovarium.
Perubahan ini secara normal mencapai puncaknya pada hari ke-22 siklus menstruasi klasik karena pada masa ini pengaruh hormon progesteron terhadap lapisan endometrium uteri paling jelas terlihat. Jika proses nidasi tersebut tidak terjadi, hormon estrogen dan progesteron akan menghambat sintesis dan aktivitas hormone FSH dan LH di adenohipofisis sehingga membuat korpus luteum menjadi tidak dapat tumbuh dan berkembang kembali, bahkan mengalami penyusutan dan selanjutnya menghilang.