Contoh, Fungsi dan Cara Kerja Hormon Auksin

Contoh, Fungsi dan Cara Kerja Hormon Auksin


Hormon Auksin adalah hormon tumbuhan yang berfungsi untuk memacu proses pemanjangan sel. Hormon ini dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh) pucuk tumbuhan, yaitu ujung akar dan batang. Peran auksin pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Belanda bernama Fritz Went.

Contoh, Fungsi dan Cara Kerja Hormon Auksin

Istilah auksin (dari bahasa Yunani auxein “meningkatkan) pertama kali digunakan oleh Frits Went, seorang mahasiswa pascasarjana di negeri belanda pada tahun 1926, yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat dicirikan mungkin menyebabkan pembengkokan koleoptil oat kearah cahaya. Fenomena pembengkokan ini yang disebut fototropisme. Senyawa yang ditemukan Went didapati cukup banyak di ujung koleoptil (Salisbury dan ross, 1992).

Baca juga: Pengertian dan Fungsi Hormon Adrenalin (Adrenal) Bagi Tubuh Manusia


Contoh Hormon Auksin

Contoh hormon auksin adalah IAA (Indole Acetic Acid), NAA (Napthalene Acetic Acid) dan IBA (Indol Butiric Acid). 

IAA (Indole Acetic Acid) 

Secara kimia, IAA mirip dengan asam amino triptofan (walaupun sering 1000 kali lebih encer) dan barangkali memang disintesis dari triptofan. Ada dua mekanisme sintesis yang dikenal dan keduanya meliputi pengusiran gugus asam amino dan gugus karboksil akhir dari cincin samping triptofan (Sembdner dkk, 1980; Cohen dan Bialek, 1984; Reinecke dan Bandurski, 1987).

Lintasan yang lebih banyak terjadi pada sebagian besar spesies barangkali mencakup tahapan berikut : gugus asam amino bergabung dengan sebuah asam amino α-keto melalui reaksi transaminasi menjadi asam indolpiruvat, kemudian dekarboksilasi indolpiruvat membentuk indolasetaldehid; akhirnya indolasetaldehid dioksidasi menjadi IAA. 

Enzim yang paling aktif diperlukan untuk mengubah triptofan menjadi IAA terdapat di jaringan muda, seperti meristem tajuk, serta daun dan buah yang sedang tumbuh. Disemua jaringan ini, kandungan auksin juga paling tinggi yang menunjukkan bahwa IAA memang disintesis dibagian tersebut (Salisbury dan ross, 1992). 

Hal yang mengherankan mengenai kemampuan IAA sebagai hormon ialah caranya diangkut dari satu organ atau jaringan ke organ atau jaringan yang lain. Berlainan dengan pergerakan gula, ion dan linarut tertentu lainnya, IAA biasanya tidak dipindahkan melalui tabung tapis floem atau memalui xilem, tapi terutama melalui sel parenkima yang bersinggungan dengan berkas pembuluh (Jacobs, 1979; Aloni, 1987a, 1987b) dalam (Salisbury dan ross, 1992). 

IAA terdapat di akar, pada konsentrasi yang hampir sama dengan di bagian tumbuhan lainnya. Seperti pertama kali dikemukakan pada tahun 1930an, pemberian auksin memacu pemanjangan potongan akar atau bahkan akar utuh pada banyak spesies, tapi hanya pada konsentrasi yang sangat rendah (10-7 sampai 10-13 M, bergantung pada spesies dan umur akar). 

IAA merupakan hormon auksin aktif pada tumbuhan. IAA bersifat:
- Molekul organik kecil
- Mudah larut
- Mampu melintasi membran
- Terdistribusi asimetrik (adanya PAT/Polar auxin transport) 

IBA (Indol Butiric Acid)

IBA dan NAA lebih efektif daripada IAA, sebab keduanya lebih stabil digunakan dalam penyetekan. IBA dan NAA lebih stabil terhadap oksidase dan cahaya (Zaerr dan Mapes, 1982). Menurut Salisbury dan Ross (1992), NAA lebih efektif dari IAA karena NAA tidak dapat dirusak oleh  IAA oksidase atau enzim lainnya, sehingga bertahan lebih lama. Sedangkan IBA lazim digunakan untuk memacu perakaran dibandingkan dengan NAA atau auksin lainnya.  

Menurut Ponganan (2004) menjelaskan bahwa NAA dan IBA mempunyai sifat translokasi yang lambat dan persistensi tinggi serta aktivitas yang rendah sehingga selang perakaran cukup besar. Selain itu dalam penelitian ini juga digunakan IAA untuk pengujian. Menurut Wattimena (1991) menjelaskan bahwa IAA merupakan salah satu hormon tumbuh yang berperan untuk memacu pertumbuhan sepanjang sumbu longitudinal. Hal spesifik yang terlihat berupa peningkatan pembesaran sel yang berlangsung ke segala arah secara isodiametrik  

NAA (Napthaleneacetic Acid) 

NAA adalah hormon sintetis pada tanaman dari golongan auksin dan merupakan bahan dalam perakaran produk hortikultura untuk perbanyakan tanaman secara komersial; NAA adalah agen perakaran dan digunakan untuk perbanyakan vegetatif tanaman dari batang dan pemotongan daun.

Hal ini juga digunakan untuk kultur jaringan tanaman. Hormon NAA tidak terbentuk secara alami, dan sama seperti semua auksin yang merupakan racun bagi tanaman pada konsentrasi tinggi. Di Amerika Serikat, di bawah Federal Insektisida, Fungisida, dan Undang-Undang Rodenticide (FIFRA), produk yang mengandung NAA memerlukan pendaftaran dengan Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) sebagai pestisida (Morikawa, 2004). 

NAA secara luas digunakan di bidang pertanian untuk berbagai tujuan. Hal ini dianggap hanya sedikit beracun tetapi ketika pada konsentrasi yang lebih tinggi dapat menjadi racun bagi hewan. Hal ini terlihat ketika diuji pada tikus melalui konsumsi oral pada 1000-5900 mg / kg (Tomlin, 2006). 

NAA telah terbukti untuk meningkatkan pembentukan serat selulosa pada tanaman ketika dikombinasikan dengan hormon tumbuhan lain yang disebut asam giberelat. Karena dalam golongan auksin itu juga telah dipahami untuk mencegah pematangan buah sebelum waktunya dan penipisan buah-buahan dari batang. Hal ini diterapkan setelah penyerbukan bunga. Peningkatan jumlah sebenarnya dapat memiliki efek negatif, dan menyebabkan hambatan pertumbuhan untuk pengembangan tanaman. 

NAA telah digunakan pada banyak tanaman yang berbeda termasuk apel, jeruk, kentang, dan berbagai buah-buahan tergantung lainnya. Dalam rangka untuk mendapatkan efek yang diinginkan harus diterapkan dalam konsentrasi mulai 20-100 ug / mL (Navalon, 1997).

Cara Kerja Hormon Auksin

Cara kerja hormon auksin dipengaruhi oleh cahaya. Hormon auksin akan aktif bila tidak terkena cahaya. Sedangkan apabila tumbuhan terkena cahaya, maka hormon auksin tidak aktif sehingga proses pemanjangan terhambat. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya fototropisme (membengkoknya batang tanaman ke arah cahaya) dimana  sisi yang tidak terkena cahaya lebih panjang daripada yang terkena cahaya sehingga batang menjadi bengkok ke arah sisi batang yang terkena cahaya. 

Contoh, Fungsi dan Cara Kerja Hormon Auksin

Hormon auksin bekerja sinergis dengan hormon giberelin. Auksin berpengaruh pada pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel tumbuhan. Auksin yang dihasilkan pada tunas apikal (ujung) batang dapat menghambat tumbuhnya tunas lateral (samping) tumbuhan. Fungsi lain dari hormon auksin adalah membantu proses pertumbuhan akar dan batang, mempercepat perkecambahan, membantu proses pembelahan sel, merangsang kambium untuk membentuk xilem dan floem, memelihara elastisitas dinding sel, membentuk dinding sel primer, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah, menghambat rontoknya buah dan gugurnya daun, serta membantu proses partenokarpi (pembuahan tanpa penyerbukan). 

Fungsi Hormon Auksin

Fungsi paling penting auksin adalah:

1. Pembesaran sel, dengan cara membuat dinding selulosa menjadi kenyal, meningkatkan potensi osmotic cairan sel, anyaman dinding fibril selulosa yang menyusun kerangka dinding sel menjadi kendor, memacu penambahan fibril selulosa. 
2. Dominansi apical , bila kuncup ujung dibuang, maka akan merangsang mata tunas samping untuk tumbuh. 
3. Auksin terlibat dalam berbagai tahapan reproduksi seperti serbuk sari, buah dan biji. Tanaman bisa menghaslkan buah tanpa biji.

Baca juga: Fungsi Hormon Progesteron Pada Masa Kehamilan


Fungsi dan peran auksin lainnya:   

• Pengembangan Sel, adanya pertumbuhan yg cepat, meningkatkan permeabilitas sel (kehadiran auksin meningkatkan masuknya difusi air), fase pertumbuhan ada dua yaitu fase pembelahan dan vase pelebaran (ada pada fase vakualisasi. Pada fase pelebran sel selain mengalami keregangan juga mengalami penebalan dalam pembentukkan material-amaterial dd sel baru, auksin menghalangi ion Ca2+ dalam pengerasan dd sel/ pektinase, sehingga dinding sel menjadi lunak. 
• fototropisme, sel yang tdk tersinari kandungan auksinnya lebih tinggi, maka akan terjadi pembengkokan menuju arah sinar. apabila bag koleoptil disinari. 
• Geotropisme, transportasi auksin kearah bawah akibat pengaruh geotropisme.yang diletakkkan mendatar, bagian bawahnya mengandung auksin lebih tinggi. 
• Apical dominant. Apabila pucuk daun dibuang, maka akan mendorong pertumbuhan tunas lateral/ samping 
• Perpanjangan akar. Apabila akar di bang tidak akan mempengaruhi pertumbuhan akar. Pemberian auksin yang tinggi akan menghambat pemanjangan akar, tetapi meningkatkan jumlah akar. 
• Pertumbuhan batang (stem growth), Bila ujung koleoptil di buang, opertumbuhan berhenti, kandungan auksin tertinggi di pucuk. 
• Partenocarpy (pembnetukan buah tanpa biji). Pertumbuhan ddg ovary dapat dirangsang dengan adanya auksin. 
• Pertumbuhan buah, Pemberian auksin dapat memperbesar ukuran buah, pertumbuahan buah bisa lebih cepat. 
• Merangsang produksi etilen pada konsentrasi tinggi 
• Merangsang perpanjangan sel 
• Merangsang pembelahan sel di kambium dan, dalam kombinasi dengan sitokinin dalam kultur jaringan. 
• Merangsang diferensiasi floem dan xilem 
• Memacu inisiasi akar pada stek batang dan akar lateral dalam pengembangan kultur jaringan 
• Perantara dalam respon tropistic lentur dalam menanggapi gravitasi dan cahaya 
• Pasokan auksin dari tunas apikal menekan pertumbuhan tunas lateral 
• Penundaan penuaan daun 
• Dapat menghambat atau merangsang (melalui stimulasi etilena) daun dan pematangan buah 
• Dapat menginduksi pengaturan buah dan pertumbuhan pada beberapa tanaman 
• Terlibat dalam mengasimilasi gerakan menuju auksin yang kemungkinan disebabkan efek transportasi pada floem 
• Penundaan pematangan buah 
• Mempromosikan berbunga di bromeliad.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel