Kerajaan Gowa Tallo [Materi Pembelajaran Paling Lengkap]

KESULTANAN MAKASSAR (GOWA - TALLO)


A. LATAR BELAKANG KERAJAAN
Di Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat beberapa kerajaan bercorak Hindu di antaranya Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo dan Sidenreng. Masing-masing kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-masing.

Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar. Nama Makasar sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan. Sebelum abad ke 16, kerajaan-kerajaan di Sulawesi masih bercorakkan Hindu, barulah ketika  adanya dakwah dari Dato'ri Bandang dan Dato' Sulaiman, perlahan-lahan kerajaan-kerajaan tersebut mulai memeluk islam. Kerajaan gowa-tallo sendiri merupakan sebuah Kerajaan yang bercorak Islam. Setelah bergabung menjadi Gowa Tallo, Raja Gowa Daeng Manrabia menjadi Raja Gowa Tallo Karaeng Matoaya menjadi perdana menteri (patih) dan bergelar Sultan Abdullah.

Kerajaan Gowa Tallo [Materi Pembelajaran Paling Lengkap]

Letaknya strategis yaitu sebagai penghubung pelayaran Malaka dan Jawa ke Maluku.
Letaknya di muara sungai, sehingga lalu lintas perdagangan antar daerah pedalaman berjalan dengan baik.

Di depan pelabuhan terdapat gugusan pulau kecil yang berguna untuk menahan gelombang dan angin, sehingga keamanan berlabuh di pelabuhan ini terjamin.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis mendorong para pedagang mencari daerah atau pelabuhan yang menjual belikan rempah-rempah.
Halauan politik Mataram sebagai kerajaan agraris ternyata kurang memperhatikan pemngembangan pelabuhan-pelabuhan di Jawa. Akibatnya dapat diambil alih oleh Makasar. Baca: Inilah 5 Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo Yang Masih Ada Sampai Sekarang

Kemahiran penduduk Makasar dalam bidang pelayaran dan pembuatan kapal besar jenis Phinisi dan Lambo. Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan. Nama asli benteng in i adalah Benteng Ujung Pandang.

B. MASJID KATANGKA
Mirip dengan pernyataan Prof. DR. M. Ahmad Sewang, pakar Sejarah UIN Alauddin Makassar, bahwa memang pada masa kerajaan-kerajaan dulu telah masuk Islam, ada semacam pengakuan atau legitimasi yang harus datang dari Turki Utsmani sebagai spiritual power (Dunia Islam masa itu) kepada raja terpilih. Beliau mencontohkan legitimasi Sultan Buton oleh Turki Utsmani sekalipun beliau mengatakan tidak sejauh itu pernah membahas masalah ini. Hanya saja, Bapak Prof. Sewang menambahkan, bahwa Turki Utsmani adalah Khalifah.

Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di jalur pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan daerah Makasar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik yang berasal dari Indonesia bagian Timur maupun yang berasal dari Indonesia bagian Barat. Dengan posisi strategis tersebut maka kerajaan Makasar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara. 

C. LETAK KERAJAAN
Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.

D. RAJA-RAJA YANG MEMERINTAH
Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Karaeng Matoaya (Raja Gowa) yang bergelar Sultan Alaudin yang memerintah Makasar tahun 1593 – 1639 dan dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) sebagai Mangkubumi bergelar Sultan Abdullah. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Muhammad Said (1639 – 1653).
Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makasar. Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.

E. KEHIDUPAN EKONOMI
Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :
1. letak yang strategis
2. memiliki pelabuhan yang baik
3. jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang- pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.

Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.

Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang pesat.
Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.

Faktor-faktor penyebab Kerajaan Gowa Tallo berkembang menjadi pusat perdagangan adalah sebagai berikut:
1. Kehidupan Sosial Budaya
Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.
Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-norma tersebut. 

Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo.
Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara.

2. Kehidupan politik
Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang/Dato’ Ri Bandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk agama Islam.

Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Karaeng Ma’towaya Tumamenanga Ri Agamanna (Raja Gowa) yang bergelar Sultan Alaudin yang memerintah Makasar tahun 1591 – 1638 dan dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) bergelar Sultan Abdullah. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Muhammad Said (1639 – 1653).

Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.

Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.

Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.

Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.

Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
1. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
2. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
3. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makasar.
4. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan Belanda.
Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya. Baca: Inilah Masa Kejayaan Kerajaan Gowa Tallo

F. PENINGGALAN SEJARAH.
Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh Sultan Mahmud  (1818), Kadi Ibrahim (1921), Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948), dan Andi Baso, Pabbicarabutta Gowa (1962) sangat sulit mengidentifikasi bagian paling awal (asli) bangunan mesjid tertua Kerajaan Gowa ini.

G. KOMPLEKS MAKAM RAJA GOWA TALLO
Makam raja-raja. Tallo adalah sebuah kompleks makam kuno yang dipakai sejak abad XVII sampai dengan abad XIX Masehi. Letaknya di RK 4 Lingkungan Tallo, Kecamatan Tallo, Kota Madya Ujungpandang. Lokasi makam terletak di pinggir barat muara sungai Tallo atau pada sudut timur laut dalam wilayah benteng Tallo. Ber¬dasarkan basil penggalian (excavation) yang dilakukan oleh Suaka Peninggalan sejarah dan Purbakala (1976¬-1982) ditemukan gejala bah wa komplek makam ber¬struktur tumpang-tindih. Sejumlah makam terletak di atas pondasi bangunan, dan kadang-kadang ditemukan fondasi di atas bangunan makam.
Kompleks makam raja-raja Tallo ini sebagian ditempat¬kan di dalam bangunan kubah, jirat semu dan sebagian tanpa bangunan pelindung: Jirat semu dibuat dan balok¬balok ham pasir. Bangunan kubah yang berasal dari kuran waktu yang lebih kemudian dibuat dari batu bata. Penempatan balok batu pasir itu semula tanpa memper¬gunakan perekat. Perekat digunakan Proyek Pemugaran. Bentuk bangunan jirat dan kubah pada kompleks ini kurang lebih serupa dengan bangunan jirat dan kubah dari kompleks makam Tamalate, Aru Pallaka, dan Katangka. Pada kompleks ini bentuk makam dominan berciri abad XII Masehi.

H. KERUNTUHAN KERAJAAN . 
Raja Bone Aru Palaka meminta bantuan Belanda untuk menyerang Hasanuddin karena wilayahnya dikuasai Gowa Tallo, maka dengan cepat Belanda menyambutnya.
Belanda menyerang dari laut, sedangkan Aru Palaka menyerang dari darat. Dengan tekanan yang demikian berat akhirnya Belanda mempu memaksa Gowa Tallo menandatangani Perjanjian Bongaya (1667).

1.1 Latar Belakang 
Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyatnya berasal dari suku Makassar yang terdapat diujung selatan dan pesisir barat Sulawesi.  Wilayah  kerajaan ini sekarang berada dibawah Kabupaten Gowa dan daerah sekitarnya yang dalam bingkai negarakesatuan RI dimekarkan menjadi Kota Madya Makassar dan kabupaten lainnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan perperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669)  terhadap Belanda yang dibantu oleh kerajaan Bone yang berasal dari Suku Bugis dengan rajanya Arung Palaka. Tapi perang ini bukan berarti perang antar suku Makassar- Suku Bugis, karna dipihak Gowa ada sekutu Bugisnya demikian pula dipihak Belanda-Bone, ada sekutu Makassarnya. Politik Divide et Impera Belanda, terbuktu sangat ampuh disini.  Baca: Sejarah Asal Usul Berdirinya Kerajaan Gowa Tallo Secara Singkat

Perang Makassar ini adalah perang terbesar Belanda yang pernah dilakukan di abad itu. Pada awalnya didaerah Gowa terdapat 9 komunitas yang dikenal dengan nama Bate Kalapang (9 bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tembolo, Lakiung, Prang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain, menyebutkan 4 orang yang mendahului datangnya Tumanurung, 2 orang pertama adalah Batara Guru dan saudaranya. Masing-masing kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-masing. Salah satunya adalah Kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan Kerajaan Makassar. Nama Makassar sebenarnya adalah ibukota dari Kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai nama ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki provinsi yang sangat strategis karena berada dijalur pelayaran (perdagangan) nusantara. 

Bahkan daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik yang berasal dari bagian Indonesia bagian Timur maupun yang berasal dari Indonesia bagian Barat. Dengan posisi strategis tersebut, maka Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan nusantara 

1.2  Rumusan Masalah 

1.2.1  Bagaimana latar belakang berdirinya Kerajaan Gowa Tallo? 
1.2.2    Bagaimana perkembangan Kerajaan Gowa Tallo? 
1.2.3    Bagaimana kondisi sosial-politik, ekonomi dan sosial budaya Kerajaan
  Gowa Tallo? 
1.2.4   Jelaskan hubungan antara VOC dengan Kerajaan Gowa Tallo! 
1.2.5   Jelaskan sebab runtuhnya Kerajaan Gowa Tallo! 

1.3 Tujuan 
1.3.1 Mengetahui latar belakang berdirinya Kerajaan Gowa Tallo 
1.3.2 Mengetahui perkembangan Kerajaan Gowa Tallo 
1.3.3 Mengetahui kondisi sosial-politik, ekonomi dan sosial budaya Kerajaan Gowa Tallo 
1.3.4 Mengetahui hubungan antara VOC dengan Kerajaan Gowa Tallo 
1.3.5 Mengetahui sebab runtuhnya Kerajaan Gowa Tallo 

BAB II 
PEMBAHASAN 

1.2.1 Bagaimana latar belakang berdirinya Kerajaan Gowa Tallo? 
2.1   Latar belakang berdirinya Kerajaan Gowa Tallo 
Di Sulawesi  Selatan pada abad ke 16 terdapat beberapa kerajaan mandiri diantaranya Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo, dan Sidenreng. Setiap  kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-masing. Salah satunya adalah Kerajaan Gowa dan Tallo. Keduanya membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan apa yang lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Gowa-Tallo atau Kerajaan Makassar. Raja Gowa, Daeng Manrabia menjadi raja bergelar Sultan Allaudin dan Raja Tallo, Karaeng Mantoaya menjadi perdana menteri bergelar Sultan Abdullah kaarena pusat pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan Makassar. Wilayah kerajaan ini sekarang berada dibawah Kabupaten Gowa dan sekitarnya. Baca: Kehidupan Ekonomi, Politik, dan Sosial Budaya Kerajaan Gowa Tallo

Karena posisinya yang strategis diantara wilayah barat (Malaka) dan timur nusantara (Maluku), Makassar menjadi bandar pertama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya rempah-rempah. Kerajaan ini memiliki pelaut-pelaut tangguh yang memperkuat barisan pertahanan Laut Makassar 

Sumber asing tertulis pertama dari catatan Tome Pires. Dalam catatannya dia melukiskan kemampuan pelayaran dan perdagangan orang-orang 
Makassar.Pires menulis : “Orang-orang Makassar telah berdagang sampai ke Malaka, Jawa, Borneo, Negeri Siam dan juga semua tempat yang terdapat antara 
Pahang dan Siam. “(Swang: 2005,72)” 
Kesultanan ini disebut-sebut kaya akan beras, bahan-bahan makanan lainnya, daging, dan kapur barus hitam. Mereka memasok barang dagangan dari luar, antara lain jenis pakaian dari cambay, bengal, dan keling. Dan penemuan banyak jenis keramik dari asal Dinasti Sung dan Ming di daerah Sulawesi Selatan juga membuktikan kerajaan ini telah menjalin hubungan dagang dengan Cina 

1.2.2   Bagaimana perkembangan Kerajaan Gowa Tallo? 
2.2 Perkembangan Kerajaan Gowa Tallo 
Pada awalnya, Kerajaan Gowa – Tallo yang lebih dikenal sebagai Kerajaan 

Makassar terdiri dari beberapa kerajaan yang bercorak Hindu, antara lain, Gowa, 
Tallo, Wajo, Bone, Soppeng, dan Luwu. Dengan adanya dakwah dari Dato'ri Bandang dan Dato' Sulaiman, Sultan Alauddin (Raja Gowa) masuk Islam. Setelah raja memeluk Islam, rakyat pun segera ikut memeluk Islam. 

Kerajaan Gowa dan Tallo kemudian menjadi satu dan lebih dikenal dengan nama Kerajaan Makassar dengan pemerintahannya yang terkenal adalah Sultan Hasanuddin (1653 – 1669). Ia berhasil memperluas pengaruh Kerajaan Makassar sampai ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok. Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar transito di Indonesia bagian timur pada waktu itu. Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur. Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar menjadi kerajaan besar dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.  Baca: Inilah Penyebab Keruntuhan Kerajaan Gowa Tallo

1.2.3 Bagaimana kondisi sosial-politik, ekonomi dan sosial budaya Kerajaan Gowa Tallo? 
2.3  Kondisi Sosial Politik Kerajaan Gowa Tallo 
Pada awal abad ke 16, datanglah Dato’ ri Bandang, Ulama Islam dari Sumatera Barat. Ia menyebarkan ajaran Islam di makassar. Raja Makassar, Daeng Manrabia memeluk agama Islam, dan namanya diubah menjadi Sultan Alauddin. Dibawah pemerintahannya ( Pemerintah 1591-1638) Kesultanan Makassar berkembang menjadi Negara Maritim yang kuat. Pada masa ini pula orang mulai mengenal jenis perahu layar Lambo dan Pinisi 
Kerajaan mencapai puncaknya pada masa Sultan Muhammad Said (16391653) dan Sultan Hasanuddin (1653-1669). Kedua Sultan ini membawa Makassar sebagai daerah dagang yang maju. Wilayah kekuasaannya meluas sampai ke Fores dan Pulau Solor di Nusa Tenggara. Secara khusus dibawah Hasanuddin, kerajaankerajaan kecil di sekitar Makassar seperti Kerajaan Wajo, Bone, Luwu, dan Sopeng berhasil dikuasai 

2.3   Kerajaan Gowa Tallo dari segi Ekonomi dan Sosial Budaya 

Kerajaan ini memperoleh kemajun ekonomi yang amat pesat, terutama dibidang perdagangan. Kemajuan di bidang perdagangan ini disebabkan antara lain: 
• Banyak pedagang hijrah ke Makassar setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511. 
• Orang-orang Makassar dan Bugis terkenal sebagai pelaut ulung yang dapat mengamankan wilayah lautnya. 
• Tersedia banyak rempah-rempah (dari Maluku). 

Makassar berkembang sebagai pelabuhan internasional. Banyak oedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark datang berdagang di Makassar dengan tipe perahunya seperti pinisi dan lombo, pedagang-pedagang Makassar memegang peran penting dalam perdagangan di Nusantara, meski akhirnya untuk itu harus terlibt perang dengan VOC. Sementara itu, untuk menjamin dan mengatur perdagangan dan pelayaran di wilayahnya, Makassar mengeluarkan UU dan hukum perdagangan yang disebut Ade Allopiloping Bacanna Pabalue, yang dimuat dalam buku Lontana Amanna Coppa. 
 Meski memiliki kebebasan dalam mencapai kesejahteraan hidup, dalam kehidupan sosial sehari-hari mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. 

Norma kehidupan sosial Makassar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut Pangadakkang. Selain norma tersebut, masyarakat Makassar juga mengenal pelpisan sosial; lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to maradeka”, dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut golongan “ata”. 
 Mengingat statusnya sebagai negara maritim, sebagian besar kebudayaannya bercorak maritim. Hasil kebudayaannya yang terkenal adalah perahu pinisi. Perahu-perahu ini berlayar tidak saja berlayar di perairan Indonesia, tapi juga sampai ke mancanegara.  Baca: Inilah 36 Silsilah Raja-Raja Kerajaan Gowa Tallo [Lengkap]

2.4  Hubungan antara VOC dengan Kerajaan Gowa Tallo 
Perang Makassar (1666-1669)  
Pada masa pemerintahan Hasanuddin, Kesultanan Gowa Tallo terlibat perang besar dengan VOC, yang terkenal dengan nama Perang Makassar Perang ini termasuk perang terbesar yang dialami oleh VOC abad ke abad ke-17. Perang tersebut dilatar belakangi cita-cita Hassanudin menjadikan Makassar pusat kegiatan perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini mengancam aktivitas ekonomi Belanda. Pertama bagi Belanda kehadiran kesultanan, Gowa Tallo saja mengancam lalu lintas perdagangan mereka dari Maluku ke Batavia. Kedua, rencana Hasanuddin mengancam eksistensi dan penguasaan ekonomi mereka di Maluku. Sudah lama Belanda yang merasa berkuasa atas Maluku sebagai seumber rempah-rempah menganggap Makassar sebagai pelabuhan gelap karna ikut juga memperjual belikan rempah-rempah dari Maluku 

Diawali perlucutan dan perampasan terhadap armada Belanda di Maluku oleh pasukan Hasanuddin, Belanda kemudian menyerang Makassar setelah sebelumnya mendapat kepastian bantuan dari Sultan Bone, Aru Palaka. Aru Palaka bersedia membantu Belanda tetapi Sempat terdesak, Belanda akhirnya berhasil memaksa Hasanuddin menyepakati  Perjanjian Bongaya pada tahun 1667, yang isinya : 
• VOC (Serikat dagang Belanda) memperoleh monopoli perdagangan di Makassar. 
• Belanda mendirikan benteng di Makassar (kelak bernama benteng Rotterdam). 
• Makassar melepaskan daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau disekitar Makassar. 
• Makassar mengakui Aru Palaka sebagai raja Bone. 

Keberanian Hasanuddin memorak-porandakan pasukan Belanda di Maluku membuatnya mendapat julukan “Ayam Jantan Dari Timur”. 
Sepeninggal Hasanuddin, Makassar dipimpin oleh putranya bernama Mapasomba. Sama seperti ayahnya, sultan ini menentang kehadiran Belanda di Makassar, bahkan lebih keras. Konon, sultan Hasanuddin menasehati Mapasomba agar dapat bekerjasama dengan Belanda dengan tujuan menjamin eksistensi Kesultanan Makassar. Namun, Mapasomba gigih pada tekadnya : Mengusir Belanda dari Makassar. Sikapnya yang keras dan tidak mau bekerja sama menjadi alasan Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran. Pasukan Mapasomba berhasilkan dihancurkan dan Mapasomba sendiri tidak diketahui nasibnya. 
Belanda pun berkuasa sepenuhnya atas Kesultanan Makassar. 

2.5 Runtuhnya Kerajaan Gowa Tallo 
 Daerah  kekuasaan Makassar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia timur dapat dikuasainya. Sultan Hasanuddin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya Kerajaan Makassar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara sultan Hasanuddin dengan VOC. Bahkan menyebabkan terjadinya perperangan, perperangan tersebut terjadi didaerah Maluku.  

 Dalam perperangan melawan VOC, Sultan Hasanuddin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasuka Belanda di maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasanuddin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri perperangan dengan Makassar yaitu dengan melakukan politik adu domba antara Makassar dengan Kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makassar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makassar meminta bantuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makassar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makassar. 

  Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota Kerajaan Makassar. Dan secara terpaksa Kerajaan Makassar harus mengakui kekalahannya dan menandatangani perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan Kerajaan Makassar. 
 Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makassar terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasanuddin yaitu Mapasomba (Putera Hasanuddin) meneruskan perlawanan melawan Belanda. Untuk mengahadapi perlawanan Rakyat Makassar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya Kerajaan Makassar, dan Makassar atau Kerajaan Gowa Tallo mengalami kehancuran 

BAB III 
PENUTUP 

3.1 Kesimpulan 
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis goa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari suku makassar yang berdiam diujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan ternate yang sudah menerima islam dari gresik. Raja ternate yakni baabullah mengajak Raja Gowa Tallo untuk masuk islam, tapi gagal. Baru pada masa raja datu ri bandang datang kekerajaan gowa tallo, agama islam mulai masuk ke kerajaan ini.  
Setaun kemudian hampir seluruh penduduk gowa tallo memeluk islam. Mubaligh yang berjasa menyebarkan islam adalah Abdul kodir khotib tunggal yang berasal dari Minangkabau. Makassar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan sultan hasanuddin(1653-1669). Daerah kekuasaan makassar luas seluruh jalur perdagangan di Indonesia timur dapat dikuasainya. Sultan hasanuddin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Dalam peperangan melawan voc, sultan hasanuddin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan belanda di maluku. Akibatnya kedudukan belanda semakin terdesak. Atas keberanian sultan hasanuddin tersebut maka belanda memberikan julukan padanya sebagai ayam jantan dari timur.  
Demikian gowa telah mengalami pasang surut dalam perkembangan sejak raja gowa pertama, Tumanurung (abad 13) hingga mencapai puncak keemasannya pada abad 18 kemudian sampai mengalami transisi setelah bertaun taun berjuang menghadapi penjajahan. Dalam pada itu, sistem pemerintahan pun mengalami transisi dimasa raja gowa xxxvi andi itjo karaeng lalolang, setelah menjadi bagian republik Indonesia yang bersatu, berubah bentuk dari kerajaan menjadi daerah tingkat II otonom. Sehingga dengan perubahan tersebut, andi itjo pun tercatat dalam sejarah sebagai raja gowa terakhir dan sekaligus bupati gowa pertama. 

3.2 Saran 
Saran yang bersifat membangun dari para guru, pembaca dan teman-teman lainnya kami harapkan demi perbaikan makalah tentang Kerajaan Gowa Tallo ini. Kami pun mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan dan kata-kata. Sekian dan Terimakasih 

3.3 Daftar Pustaka 
1. Adil M, Hapsari Ratna. 2014. Sejarah Indonesia Jilid 1 Kelompok Wajib untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga 
2. Alfian Magdalia, Nurliana S Nana, Suhartono Sudarini. 2006. Sejarah untuk SMA dan MA Kelas XI Progam IPS. Jakarta: Erlangga 
3. Rizal Syamsul, Suhartono. 2007. Sejarah untuk SMA dan MA Kelas XI Progam IPA. Jakarta: Widya Utama 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel